REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Ada generasi baru pengusaha. Mereka adalah generasi millennial yang tumbuh besar dengan teknologi ponsel dan media sosial. Mereka kini memanfaatkan platform sosial untuk membangun bisnis yang sukses.
Hampir mustahil membayangkan untuk memulai bisnis tanpa pinjaman bank, tapi kini, banyak pengusaha muda yang memulai bisnis dari kamar tidur mereka dengan sedikit -atau bahkan tak ada- uang untuk digunakan sebagai modal. Salah satu dari mereka adalah Nathan Hunter, 21 tahun, yang muncul dengan ide bisnis kembang gulanya, Fluffe saat berkuliah di universitas, sebelum meluncurkan bisnis ini pada 2015.
Nathan menjangkau pelanggan lewat Instagram, Facebook dan Snapchat. "Saya benar-benar jatuh cinta dengan ide bisnis ini -kembang gula beraneka rasa- dan bagaimana itu bisa dijalankan dan begitulah caranya dimulai," kata Nathan.
"Saya tadinya bahkan tak memikirkan media sosial, alasan saya punya Instagram adalah karena saat saya sedang berselancar, yang muncul adalah tulisan media sosial sebagai alat pemasaran gratis terbaik," cerita Nathan.
Ia awalnya mengunggah foto dari kreasi kembang gulanya di akun Instagram, dan sekarang memiliki telah 119 ribu pengikut. Produk-produknya adalah kumpulan kembang gula berwarna pastel, dan juga minuman milkshake ukuran besar yang di atasnya dihiasi dengan kembang gula, permen dan cokelat. Kreasi Nathan ini akhirnya menarik perhatian pasar lokal, tempat di mana ia mulai menjual mereka.
Pemasaran lewat seleb medsos
Melalui teman, ia akhirnya bertemu dengan ‘seleb’ medsos asal Sydney dengan ratusan ribu pengikut, yang akan mengunggah foto produk-produknya, memperlihatkan kreasinya ke sejumlah besar pelanggan potensial baru. ‘Seleb’ atau ‘influencer’ medsos adalah orang-orang dengan jumlah pengikut sangat banyak dan sering dibayar oleh sejumlah merek untuk membuat konten yang didistribusikan melalui unggahan media sosial mereka.
"Sebelum ini, saya bahkan tidak tahu orang-orang mendapat penghasilan dari Instagram," aku Nathan.
Ia menuturkan, "Saya tak kenal orang-orang dengan akun yang memiliki ratusan ribu pengikut, jadi saya pikir saya benar-benar berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat."
Menurut statistik terbaru terbitan Social Media News -sebuah situs yang melacak tren media sosial di Australia, Instagram memiliki 5 juta pengguna Australia aktif per bulan, sementara Snapchat memiliki empat juta pengguna aktif harian di Australia.
Menurut perusahaan Deloitte, Australia sendiri memiliki populasi ponsel pintar sebesar 15 juta pada tahun 2015. Proliferasi media sosial berarti sebagian besar perusahaan memiliki akun Facebook, Instagram, Snapchat dan platform lainnya.
Mereka adalah pebisnis yang tak sering berisiko kehilangan kemampuan untuk terhubung ke pelanggan mereka dan -karena itu juga- kehilangan relevansi mereka terhadap publik, yang seringkali memiliki rentang perhatian yang pendek. Nathan, kini, bekerja sama dengan sejumlah perusahaan di Sydney dalam urusan lintas- promosi, termasuk produsen barang-barang kulit ‘The Daily Edited’, Myer, merek fesyen perempuan, Mimco, dan juga Bailey’s.
"Saya menemukan bahwa lebih banyak perusahaan, berprofil lebih tinggi, ingin bekerja sama dengan saya, karena jumlah pengikut media sosial," katanya. Ia menuturkan, "Jadi, secara sosial, jika mereka mengunggah sesuatu di ranah publik, mereka akan memasukkan saya di sana karena saya bisa mempromosikannya di akun saya yang kemudian tentu saja akan dibaca lebih banyak orang."
Di masa depan, Nathan Hunter akan mengalihkan fokusnya ke penjualan daring, kembang gula dengan rasa edisi terbatas setiap bulannya dan terus membangun komunitas daringnya. "Saya pikir saya akan senang memiliki sebuah toko permen, toko permen yang sangat keren," kata Nathan.
"Saya merencanakannya sekarang, tapi pastinya saya tak punya dana untuk melakukan apa yang saya ingin lakukan sekarang," ujarnya.
Meskipun jumlah pelanggannya tumbuh, Nathan mengatakan, ia tidak mencari investor, sebuah ide yang katanya membuat dirinya trauma. "Saya tak suka mengetahui bahwa saya tak bisa melakukan sesuatu yang ingin saya lakukan karena akan memengaruhi seseorang yang memiliki hak mengatakan ya atau tidak untuk itu," ujarnya.
Ia menambahkan, "Ini bukan tentang sesuatu yang harus saya lakukan dari segi bisnis, tapi itu berhasil untuk saya jadi mungkin sekarang ini kita hidup di era bisnis tipe baru, betapa semuanya serbadaring."
Diterjemahkan pukul 10:00 AEST 31/1/2017 oleh Nurina Savitri dan simak artikelnya dalam bahasa Inggris di sini.