REPUBLIKA.CO.ID, Berawal dari keprihatinanya kepada umat Islam Maluku yang masih jauh dari nilai keislaman, mendorong Izal Rumaday, seorang ustaz yang berasal dari Ambon, untuk membangun rumah tahfidz quran, khusus untuk anak-anak dari Maluku.
Upaya itu dimulai Ustaz Izal Rumaday pada 2013. Kala itu, dirinya kembali ke Ambon membawa bantuan dan berniat untuk safari dakwah. Namun, ketika melihat umat Muslim di sana tingkat keislamannya masih goyah, maka hatinya tergerak untuk membentuk nilai keislaman, dan itu dimulai dari membentuk generasi muda Ambon.
“Saya memfokuskan kepada anak-anak yatim di sana agar mereka jadi hafiz Quran. Kalau mereka jadi hafiz Quran, maka otomatis mereka akan cerdas dan moral mereka pasti terbentuk. Selain itu, yang utama, adalah tingkat keimanan mereka yang harus kuat,” tutur Izal Rumaday kepada Republika.co.id, Rabu (1/2).
Sebenarnya, kata Izal, di Ambon itu, jumlah umat Muslim-nya banyak dan tidak bisa disebut minoritas. Namun, karena yang diekspose itu lebih sering non-Muslimnya, maka masyarakat menganggap orang Ambon itu pasti non-Muslim.
Padahal, sebenarnya tidak. Hanya saja memang nilai keislaman di sana masih sangat minim. Sampai ada beberapa kampung di sana yang warganya mayoritas Muslim, tapi setiap shalat Jumat, masjidnya kosong. "Itu sangat disayangkan," ucap Izal.
Awalnya, Izal membawa empat anak dari Ambon ke Jakarta dan mereka di didik menjadi penghafal Quran. Langkah ini, kata dia, betujuan agar mereka bisa membangun nilai keislaman di Ambon. "Dan saat ini, sudah ada 28 anak yang kami bawa, diantaraya berusia 5 sampai 18 tahun. Alhamdulillah banyak perubahan dari sikap mereka dan keimanan mereka. Pada bulan Februari ini Insya Allah akan datang 15 anak-anak calon penghafal Quran dari Ambon,” ungkap pria kelahiran 1992 tersebut.
Memang saat ini anak-anak Ambon itu masih di sekolahkan di pesantren yang berkerja sama dengan dirinya. Di antaranya sekolah tahfidz Alquran Jonggol pimpinan Ustaz Bahtiar Natsir, Pesantren Annaba di Cianjur, dan pesantren Binallah di Rawamangun.
“Saya dan beberapa rekan sedang membangun rumah tahfidz untuk mereka. Untuk surat izin, kami sudah dapat. Namun, gedung masih dalam proses pembangunan agar layak untuk mereka tempati," tuturnya.
Izal mengatakan, anak-anak Ambon itu berasal dari berbagai wilayah, di antaranya Sera, Kelimuri, Miran, Kelibingan dan Matlean. Banyak hambatan yang di hadapi untuk membawa anak-anak Muslim Ambon ke Jakarta. Pertama dari meyakinkan keluarga meraka, perjalanan ke Ambon dengan kapal laut sangat berisiko, bahkan jarak dari kampung ke kampung itu harus di tempuh dengan perahu dan memakan waktu kurang lebih 2 jam.
“Namun, itu semua, bukan jadi halangan untuk membangun generasi dakwah Ambon yang hafiz Quran. Dengan begini mudah-mudahan umat Islam Ambon bisa dikenali identitasnya dan jati diri keislamannya semakin kuat,” tutur Izal.