REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku ingin bertemu dan berbicara blak-blakan dengan Presiden Joko Widodo ihwal isu keterkaitannya dengan aksi damai umat Islam 4 November 2016, serta rencana pengeboman hingga makar.
"Sayang sekali saya belum punya kesempatan bertemu Presiden kita Bapak Jokowi. Kalau bisa bertemu saya mau bicara dengan beliau blak-blakan, siapa yang melaporkan kepada beliau info intelijen yang menuduh saya mendanai aksi damai 4/11, mengaitkan saya dengan rencana pengeboman Istana Negara dan urusan makar," kata SBY di Jakarta, Rabu.
Pernyataan itu disampaikan SBY dalam pembukaan konferensi persnya pada Rabu petang. Konferensi pers itu menyikapi pernyataan kuasa hukum Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang mengaku memiliki bukti percakapan SBY dengan Ketua Umum MUI Ma'ruf Amin terkait Fatwa MUI mengenai kasus Ahok.
SBY menjelaskan, ia tidak marah dengan pernyataan kuasa hukum Ahok. Dia hanya meminta penegak hukum mengusut jika ada penyadapan ilegal yang dilakukan terhadap dirinya selaku mantan presiden.
Sementara soal tudingan yang dialamatkan kepadanya soal pendanaan aksi 4/11, rencana pengeboman Istana Negara dan upaya makar, ia merasa perlu mengklarifikasi dan berbicara dengan Jokowi.
"Saya ingin sebetulnya mengklarifikasi secara baik supaya tidak simpang-siur, tidak ada prasangka, praduga atau perasaan enak atau tidak enak atau saling curiga," kata SBY.
Baca juga, Ahok Ancam Proses Hukum Ketua MUI KH Ma'ruf Amin.