Kamis 02 Feb 2017 10:21 WIB

Pendukung Trump Serukan Boikot Starbucks Lewat Medsos

Logo Starbucks
Foto: EPA
Logo Starbucks

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kaum konservatif di media sosial meluncurkan upaya untuk memboikot Starbucks setelah CEO perusahaan itu berjanji mempekerjakan 10 ribu pengungsi. Pengumuman Starbucks itu bertujuan mengkritik Presiden Donald Trump yang menghentikan program pengungsi AS dan memblokir masuknya pengunjung dari tujuh negara dengan mayoritas penduduk Muslim.

Boikot terhadap Starbucks pun menjadi tren di Twitter dengan tanda pagar #BoycottStarbuks, seperti akun Missouri 4 TRUMP yang mengatakan "Siapa saja yang muak dengan CEO @Starbucks yang mendorong agenda politiknya melalui kopi dan di bawah tenggorokan kita? #BoycottStarbucks"
 
Ada juga yang mengunggah foto tangkapan layar (screenshot) yang menunjukkan konfirmasi penghapusan aplikasi Starbucks yang disertai cicitan "Saya telah menghancurkan "Kartu Gold" @Starbucks, dan saya telah menghapus aplikasinya! #BoycottStarbucks, lebih dari seribu (dolar AS) yang saya habiskan di sana per tahun, tinggal kenangan!"
 
 
Beberapa orang mengeluhkan, Starbucks sebaiknya mempekerjakan veteran daripada pengungsi, namun perusahaan itu sudah memiliki program tersebut yang mempekerjakan veteran dan pasangannya.Beberapa waktu kemudian, tagar  #DrinkStarbucksToFightBigotry muncul, yang kemudian juga menjadi tren untuk melawan #BoycottStarbucks.
 
Salah satunya akun #NoBanNoWall yang berkicau "Saya pikir ini saatnya meminum lebih banyak Starbucks. Mereka membuat penyataan akan mempekerjakan para pengungsi! #DrinkStarbucksToFightBigotry".

"Mulai besok saya akan bekerja dengan bangga mengenakan celemek hijau @Starbucks #DrinkStarbucksToFightBigotry."

Bahkan ada netizen pendukung Starbucks yang menulis menggunakan #BoycottStarbucks. "Sangat semangat untuk minum Starbucks #DrinkStarbucks sekarang karena ada #BoycottStarbucks. Artinya antrean lebih pendek! Orang rasial pemarah jadi lebih sedikit! Pekerjaan untuk pengungsi!" seperti dilansir laman The Huffington Post, dikutip dari Antara News.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement