REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wasekjen PBNU Masduki Baidhowi mengaku, sejauh ini, ketika terjadi pergolakan akibat kasus penistaan agama oleh cagub DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), para ulama dari PBNU cenderung bersikap netral untuk meredam kegaduhan yang terjadi. Namun, ketika saat sidang kemarin Rois Am PBNU KH Ma'ruf Amin dilecehkan, kata dia, maka tidak hanya umat Islam secara umum, namun warga Nahdliyin juga marah.
Masduki menilai, pernyataan dari tim kuasa hukum Ahok terkesan seolah-olah menuding Kiai Ma'ruf Amin termasuk dalam aliansi politik dari mantan presiden SBY dalam sidang penistaan agama pada Selasa lalu. "Ini kan dalam berbagai sosial media masih kerap disebutkan, mungkin maksudnya menyerang Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), tapi kan kesannya menunjukkan bahwa Kiai (Maruf Amin) ini adalah aliansi politik dari Pak SBY. Itu yang kami tersinggung," ucap Masduki, dalam siaran persnya, Kamis (2/1).
Pada sidang kedelapan kasus penistaan agama pada Selasa lalu, tim kuasa hukum dari terdakwa Ahok mempertanyakan keterkaitannya antara saksi Ketum MUI, Kiai Maruf Amin, dengan SBY, karena mereka menegaskan saksi pernah melakukan pertemuan dengan pasangan Agus-Sylvi dan melakukan percakapan dengan SBY.
"Sontak hal ini menimbulkan kemarahan dari warga Nahdliyin karena dianggap melecehkan pimpinan mereka. Bahkan dikabarkan GP Anshor Jember siap turun ke Jakarta apabila tidak ada permintaan maaf dari Ahok dan kuasa hukum mereka," ucapnya.