Jumat 03 Feb 2017 12:42 WIB

Proyek Bangunan Permanen di Aceh Tunggu Perpres

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Dwi Murdaningsih
Sejumlah pelajar Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) mengikuti proses belajar mengajar di tenda darurat pasca sekolah mereka roboh akibat gempa 6,5 SR di Desa Paru Keude, Kecamatan Bandar Baro, Pidie Jaya, Aceh, Jumat (16/12).
Foto: Antara/Rahmad
Sejumlah pelajar Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) mengikuti proses belajar mengajar di tenda darurat pasca sekolah mereka roboh akibat gempa 6,5 SR di Desa Paru Keude, Kecamatan Bandar Baro, Pidie Jaya, Aceh, Jumat (16/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gempa yang mengguncang Aceh 7 Desember 2016 lalu membuat banyak sekolah rusak berat. Ada puluhan sekolah dan ratusan kelas yang tidak dapat digunakan. Padahal, siswa harus kembali melakukan pendidikan di sekolah pada akhir Desember dan awal Januari.

Berkaca dari kenyataan itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) segera melakukan pembangunan sekolah sementara. Proyek pembuatan bangunan permanen di Aceh pun masih menunggu Perpres. Sebenarnya telah disediakan tenda-tenda untuk tempat belajar. Namun diakui Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenpupera Danis H. Sumadilaga mengatakan tidak mungkin untuk belajar di tenda-tenda tersebut.

"Mungkin paling kuat satu bulan," ujar dia dalam diskusi media di Gedung Kemenpupera, Jumat (3/2).

Sekolah sederhana pun dibangun dengan menggunakan sistem modular yang mudah dan cepat dibangun namun tetap aman dan nyaman dalam penggunaannya. Ada 29 titik lokasi dengan jumlah 150 unit ruang yang dibuatkan bangunan sementara. Sebagian besar bangunan sementara telah selesai dan digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.