REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN, Rini Soemarni mengatakan pencopotan Dwi Sutjipto selaku Direktur Utama PT Pertamina dan Ahmad Bambang, Wadirut Pertamina karena persoalan kepribadian keduanya. Rini menilai keduanya tak mampu menahan ego dan tak bisa berkoordinasi dalam memimpin Pertamina.
Rini menjelaskan pihaknya sudah lama mendengar desas-desus adanya matahari kembar atau dualisme kepemimpinan dalam tubuh Pertamina sejak dirinya menyepakati jabatan Wadirut yang dipegang oleh Ahmad Bambang, Agustus 2016 Ia mengira keputusannya menempatkan Abe, panggilan akrab Ahmad Bambang, dalam posisi tersebut bisa menguatkan kinerja Pertamina.
Pasca-penetapan adanya Wadirut dalam tubuh Pertamina, sinkronisasi dan sinergi yang ia harapkan bisa terjadi malah membuat adanya dua kepemimpinan yang tak kompak dalam tubuh Pertamina. Dewan Komisaris pun akhirnya meminta Rini untuk ambil sikap karena hal ini berbahaya bagi keberlangsungan Pertamina.
"Saya meyakini kalau pemimpin bisa memimpin dengan baik, apapun strukturnya itu sudah bisa dilakukan. kalau saya ngelihatnya maaf ya Pak Dwi dan Pak Bambang, masalahnya personality," ujar Rini di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (3/2).
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa hari ini diputuskan pencopotan Dwi Sutjipto sebagai Dirut Pertamina dan Ahmad Bambang sebagai Wadirut. Dalam rapat itu juga menunjuk Yenny Handayani yang sebelumnya direktur Gas dan EBTKE sebagai pelaksana tugas (Plt) Dirut.
Rini mengatakan 2017 mendatang Pertamina akan memulai mega proyek senilai total Rp 700 triliun yang membutuhkan konsentrasi dan keputusan yang tidak berubah. Ia mengakui Pertamina memang berprestasi dengan baik dalam menyiapkan mega proyek selama 2016. Namun sayangnya, di dalam internal Pertamina memang tak bisa dibendung adanya kegelisahan dari dua kekuasaan tersebut.
"Tapi dalam perjalanannya, kita lihat baru beberapa bulan ternyata ada permasalahan kepemimpinan. Komunikasi dan beberapa kali rapat dan terakhir melakukan interview kepada semua direksi, Dirut, Wadirut, dan mereka memberikan usulan bahwa masalah kepemimpinan ini sudah akut dan bisa merusak kestabilan Pertamina," ujar Rini.
Rini menjelaskan beberapa mega proyek dan kebijakan yang harus segera diputuskan oleh Pertamina antara lain implementasikan satu harga dan investasi di beberapa proyek besar pada saat yang sama, yaitu revitalisasi Cilacap dan penambahan kapasitas, serta proyek di Balikpapan, Dumai, dan Tuban.
Lantaran permasalahan ini, Dewan Komisaris kemudian mengusulkan perubahan direksi pada Kamis (2/2) siang. Sore hari setelah Rini mendapat surat usulan tersebut dirinya langsung menghadap Presiden untuk mendapat persetujuan Presiden. "Pak Presiden bilang ya, segera lakukan. Malam langsung saya tanda tangan surat pergantian itu," ujar Rini.
Di satu sisi, Rini mengaku sedih atas kejadian yang saat ini terjadi di Pertamina. Rini mengatakan secara personal dirinya sangat dekat dengan Dwi Sutjipto dan Ahmad Bambang. Keduanya juga bisa sampai ke posisi puncak Pertamina atas rekomendasi dirinya. "Saya sedih, saya mengetahui keduanya dan saya salah satu yang mendukung pemilihannya. Saya harap ke depan bisa lebih baik," ujar Rini.