REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- PT Pelabuhan Indonesia II atau Indonesia Port Corporation (IPC) memproyeksikan pendapatan operasi pada 2017 mencapai Rp 10,5 triliun atau naik 12,11 persen dari realisasi 2016 sebesar Rp 9 triliun. Revenue (pendapatan) kita naik dari Rp 7,7 triliun pada 2015 menjadi Rp 9 triliun pada 2016 atau naik 28 persen. Untuk 2017, kami ekspektasikan dua digit Rp 10,5 triliun," kata Direktur Utama IPC Elvyn G Masassya pada media gathering di Bandung, Jumat (3/2).
Elvyn memaparkan melalui pendapatan Rp 10,5 triliun, Pelindo II juga menargetkan laba pada 2017 sebesar Rp 3,6 triliun atau naik 17,2 persen dari realisasi 2016 sebesar Rp 3,2 triliun. Adapun target ini dicapai melalui tiga strategi, yakni menerapkan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance dan menambah mitra-mitra baru atau fasilitas baru untuk meningkatkan pendapatan. Strategi selanjutnya adalah melalui pengeluaran yang efektif sehingga perusahaan dituntut mengeluarkan biaya yang penting saja.
Untuk penambahan mitra baru, Pelindo II akan mengajak tiga perusahaan jasa pengangkutan laut internasional yang akan bekerja sama untuk menambah volume arus petikemas (throughput). "Ada tiga 'shipping line' internasional yang segera bekerja sama dengan kami paling lambat semester dua dan itu akan membawa 'throughput' yang sangat banyak," kata Elvyn.
Selain itu, strategi lainnya yang ditempuh perseroan adalah dengan menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai transhipment port atau pelabuhan pengiriman ekspor nasional sehingga konsolidasi kargo tidak lagi dilakukan di Singapura. Dengan demikian, barang ekspor dari sejumlah pelabuhan di Indonesia harus melalui Pelabuhan Tanjung Priok dan tentunya proses bongkar-muat akan menambah pendapatan perseroan.
Pelindo II memiliki 12 cabang pelabuhan yang tersebar di wilayah bagian barat Indonesia, yakni Pelabuhan Tanjung Priok, Sunda Kelapa, Palembang, Pontianak, Teluk Bayur, Banten, Bengkulu, Panjang, Cirebon, Jambi, Pangkal Balam dan Tanjung Pandan.