REPUBLIKA.CO.ID, BOSTON -- Wisatawan dari tujuh negara mayoritas Muslim yang semula dikenai larangan penerbangan oleh Presiden Donald Trump telah tiba di Amerika Serikat dengan berurai air mata.
Maskapai penerbangan di seluruh dunia memperbolehkan penerbangan ke AS seperti biasa, setelah hakim federal mencabut larangan tersebut.
Fariba Tajrostami, seorang pelukis 32 tahun dari Iran, datang lewat Kennedy Airport New York dengan senyum lebar dan air mata mengambang berkaca-kaca.
Ini Sosok James Robart yang Menghentikan Kebijakan Imigran Trump
"Saya sangat senang. Saya belum melihat saudara-saudara saya selama sembilan tahun," ucapnya, dilansir dari Associated Press, Senin (6/2).
Tajrostami sudah mencoba terbang ke AS dari Turki lebih dari sepekan lalu, tapi ditolak. Tajrostami berencana untuk belajar seni di AS dan berjumpa suaminya di Dallas. Sang suami pindah dari Iran enam bulan silam dan bekerja di sebuah dealer mobil.
Senasib, Mahsa Azabadi (29 tahun), seorang blasteran Iran-Amerika yang tinggal di Denver juga sempat terancam tertunda pernikahannya setelah tunangannya, Sorena Behzadfar, ditolak naik pesawat dalam perjalanan dari Iran ke AS pada 28 Januari.
"Sudah sepekan benar-benar sulit untuk mencari tahu apa yang akan terjadi pada kami," ujar Mahsa.
Peneliti asal Iran, Nima Enayati, sekaligus kandidat doktor di Milan juga dicegah naik pesawat ke AS pada 30 Januari. Nima hendak melakukan penelitian tentang bedah robotik di Stanford University, California.
Sebelumnya, AS membatalkan visa hingga 60 ribu orang asing dalam sepekan setelah larangan perjalanan dari Suriah, Irak, Iram, Sudan, Somalia, Libya, dan Yaman diberlakukan. Trump juga menangguhkan hampir seluruh penerimaan pengungsi selama 120 hari dan larangan terhadap pengungsi Suriah tanpa batas waktu.
Kebijakan ini memicu protes, serta menjegal sekian banyak mahasiswa dan peneliti masuk AS. Di Kairo, para pejabat mengatakan sebanyak 33 migran AS asal Yaman, Suriah, dan Irak sudah naik ke penerbangan pada Ahad (5/2).