REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada pekan ini pergerakan pasar obligasi diprediksi dapat kembali menemukan momentum kenaikannya meski masih akan cenderung bergerak terbatas.
Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, rilis data-data ekonomi diharapkan dapat membantu kondusifnya laju pasar obligasi yang dibarengi dengan kenaikan lanjutan rupiah yang sedang memanfaatkan pelemahan dolar AS.
"Tetap cermati berbagai sentimen yang berpengaruh terhadap perubahan pasar obligasi. Kami perkirakan rentang yield akan berada dalam kisaran ± 3-10 bps (6,10-8,60 persen). Sementara, pada obligasi korporasi juga diharapkan dapat kembali menguat," ujar Reza, Senin (6/2).
Pada pekan ini juga jangan lewatkan lelang surat berharga syariah negara (SBSN) pada Selasa (7/2) dimana Pemerintah akan menawarkan lima seri obligasi negara. Adapun jumlah indikatif SUN yang dilelang sebesar Rp 6 triliun.
Kelima seri obligasi itu adalah seri SPN-S08082017 (penerbitan baru) dengan pembayaran imbal hasl secara diskonto dan jatuh tempo 8 Agustus 2017; dan seri PBS013 (penerbitan kembali) dengan pembayaran imbal hasil 6,25 persen dan jatuh tempo 15 Mei 2019.
Selain itu, seri PBS014 (penerbitan kembali) dengan tingkat imbal hasil 6,5 persen dan jatuh tempo 15 Mei 2021; seri PBS011 (penerbitan kembali) dengan tingkat bunga 8,75 persen dan jatuh tempo 15 Agustus 2023; dan seri PBS012 (penerbitan kembali) dengan tingkat bunga 8,88 persen dan jatuh tempo 15 November 2031.
Pada pekan lalu, pascalibur Imlek pergerakan laju pasar obligasi masih cenderung melemah diwarnai suasana merah. Meski laju dolar AS cenderung melemah namun, juga diimbangi oleh meningkatnya laju imbal hasil obligasi AS sehingga kondisi tersebut membuat laju pasar obligasi belum beranjak dari zona merah seiring belum adanya sentimen yang cukup positif membawanya berbalik arah positif.
"Mulai melemahnya laju rupiah juga turut menghambat potensi kenaikan laju obligasi di dalam negeri," kata Reza.
Meski pelemahan masih terjadi pada pasar obligasi, lanjut Reza, namun sudah mulai terlihat adanya aksi beli dari pelaku pasar yang mencoba memanfaatkan pelemahan sebelumnya untuk kembali masuk. Terbatasnya aksi beli tersebut seiring dengan sentimen penguatan kembali laju dolar AS yang berimbas pada pelemahan lanjutan rupiah. Termasuk juga masih naiknya imbal hasil obligasi AS.
Reza menuturkan, tampaknya pelaku pasar masih cenderung mencermati kondisi global di tengah minimnya sentimen positif bagi pasar obligasi di dalam negeri. Kembalinya rupiah menguat memberikan kepercayaan pada pelaku pasar untuk masuk.
Sejumlah aksi beli terjadi sehingga memberikan dampak positif pada laju pasar obligasi yang melanjutkan penguatannya. Laju dolar AS yang melemah pun turut berpengaruh, terutama pada turunnya sejumlah imbal hasil obligasi AS sehingga membuat harganya berbalik positif.
Hingga akhir pekan kemarin, laju imbal hasil cenderung bergerak naik meski di akhir pekan tercatat menguat. Pada obligasi korporasi, sama halnya dengan pergerakan SUN dimana tercatat melemah selama sepekan.
"Dari sisi makroekonomi, laju pasar obligasi kali ini lebih banyak dipengaruhi kondisi eksternal yang berimbas pada kondisi internal," katanya.