REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Tentara Filipina pada Senin (6/2) menangkap pemimpin pemberontak komunis, beberapa hari setelah Presiden Rodrigo Duterte mencabut gencatan senjata dengan pemberontak dan pertempuran terjadi di sejumlah wilayah.
Duterte pada Jumat mengumumkan pemerintah mencabut gencatan senjata dengan Tentara Rakyat Baru (NPA) dan dia memerintahkan pasukan bersiap melakukan pertempuran dengan mengatakan pemberontak mengeluarkan permintaan besar meskipun pemerintah memberikan kelonggaran.
Pemimpin pemberontak Ariel Arbitratio, yang ditangkap pada Senin adalah salah satu gerilyawan yang dibebaskan pada tahun lalu saat pemerintah melanjutkan perundingan perdamaian. Dia ditangkap saat melewati pos penjagaan di Kota Davao, Filipina selatan, kata juru bicara militer.
"Dia ditangkap atas perintah Presiden Duterte untuk menangkap kembali yang dibebaskan sementara untuk mengikuti perundingan perdamaian. Dia dan seorang rekan akan kembali dimasukkan ke dalam penjara," kata juru bicara itu, Kapten Rhyan Batchar kepada wartawan.
Sengketa pemerintah dengan NPA, sayap militer Partai komunis Filipina, dimulai pada 1969 dan lebih dari 40 ribu orang menjadi korban. Duterte, yang menang dalam pemilu tahun lalu, telah meningkatkan harapan untuk mengakhiri pemberontakan komunis yang menghambat perkembangan selama bertahun-tahun, terutama di bagian tengah Filipina.
Pada bulan lalu, pemerintah meminta Departemen Luar Negeri untuk menyingkirkan pendiri dan pemimpin gerakan pemberontakan itu, Jose Ma. Namun, kedua pihak saling tuduh adanya pelanggaran gencatan senjata dan bernegosiasi dalam keadaan yang kurang baik.
"Ayo berperang," kata Duterte dalam pidato pada Senin, menyebut pemberontak "anak manja", yang menuntut terlalu banyak dari pemerintah. Dia menyebut NPA kelompok teroris.
Juru bicara militer lain mengatakan terdapat peningkatan jumlah bentrokan antara pihak militer dan pemberontak di bagian tengah dan selaran negara dalam dua hari terakhir. Tiga orang pemberontak lainnya ditangkap dan satu tewas dalam bentrokan, ujar juru bicara kemiliteran Kolonel Edgard Arevalo.
Pada Ahad, para tentara menewaskan seorang gerilyawan dalam aksi baku tembak yang berlangsung selama 30 menit di pulau Mindoro, pertempuran juga terjadi di Iloilo dan Masbate, Filipina tengah, Arevalo menambahkan. Terdapat sekitar 25 ribu petempur NPA pada awalnya namun berkurang menjadi sekitar 3.000 orang. Militer mengatakan pemberontak itu berpusat di bagian pantai timur, tempat terdapat banyak tumbuhan dan tambang, yang menjadi sumber pendapatan utama pemberontak tersebut.