Selasa 07 Feb 2017 06:46 WIB

Mensos Minta Warga Rangkul WNI yang Terkena Paham Radikalisme

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Agus Yulianto
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (kiri) berbincang dengan pengurus saat menjenguk sejumlah anak korban eksploitasi di Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Bambu Apus, Jakarta, Senin (28/3).
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (kiri) berbincang dengan pengurus saat menjenguk sejumlah anak korban eksploitasi di Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Bambu Apus, Jakarta, Senin (28/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa berharap, masyarakat mau menerima kembali Warga Negara Indonesia (WNI) yang kembali ke kampung  halaman, setelah sebelumnya mereka  dideportasi dari Turki saat akan menuju Suriah.

"Mereka juga adalah saudara kita, mereka harus dirangkul dan diberikan pemahaman atas bahaya radikalisme dan terorisme. Perlakukan dengan baik sehingga proses reintegrasi dan resosialisasi bisa berjalan sesuai harapan,"  kata Khofifah, Senin (6/2).

Saat ini, sebanyak 75 WNI ditampung di RPSA Bambu Apus, Jakarta Timur. Rinciannya 41 orang dewasa, 24 di antaranya perempuan dan 34 orang anak-anak. Proses trauma healing dan trauma konseling tengah dilakukan terutama kepada anak-anak sebelum nantinya mereka kembali ke daerah masing-masing.

Menurut Khofifah, pengucilan yang dilakukan masyarakat akan berdampak negatif terhadap mereka. Hal inilah yang akan menghambat proses reintegrasi sosial WNI terduga ISIS tersebut.

Bukan tidak mungkin mereka kembali ke pemahaman yang salah dan bergabung dengan kelompok radikal jika masyarakat memperlakukan mereka dengan tidak baik. Oleh karena pemerintah melalui Kementerian Sosial mencoba mengkomunikasikan dengan pemerintah daerah asal WNI yang dideportasi dari Turki.

"Harapannya, pemerintah daerah bisa menjemput mereka sehingga mereka merasa diperhatikan. Syukur-syukur pak bupati, wali kota bisa menjemput atau paling tidak, ada perwakilan daerah yang menjemput. Tugas kami yang akan mengomunikasikan ini," ujar Khofifah.

Mayoritas WNI yang dideportasi berasal dari wilayah Jawa Timur dan umumnya berpendidikan tinggi. Rata-rata antara satu dengan yang lainnya masih memiliki hubungan saudara, namun ada juga yang karena diajak oleh temannya.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), Komjen Pol Suhardi Alius mengatakan, berterima kasih atas peran serta dan kerja keras Kementerian Sosial yang telah memfasilitasi dan melayani WNI yang dideportasi dari Turki tersebut dengan baik. Pendampingan yang dilakukan Kementerian Sosial menjadi modal sebelum nantinya seluruh WNI tersebut kembali ke kampung halamannya masing-masing.

"Kemungkinan besar masih banyak lagi yang dideportasi. Kita tahu Suriah dalam kondisi konflik sementara pemerintah Turki tidak mengizinkan masuk kesana," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement