REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Tim Kajian Nuklir PPI dunia menggelar survei untuk mengetahui tingkat favorabilitas pada tenaga nuklir di Indonesia. Ketua Kajian Nuklir Persatuan Pelajar Indonesia (PPI), Dwi Rahayu menyatakan 57 persen pelajar Indonesia di penjuru dunia mendukungnya.
"Sebanyak 57 persen mahasiswa Indonesia di luar negeri mendukung pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) untuk mengatasi krisis listrik," kata Dwi pada Republika, Senin (6/2). Menurutnya, survei ini bertujuan untuk mengetahui pandangan dan wawasan pelajar Indonesia di luar negeri terhadap pemanfaatan teknologi nuklir sebagai salah satu sumber energi Indonesia di masa depan.
Survei tersebut dilakukan kepada 566 perwakilan pelajar Indonesia yang tersebar di 48 Negara sejak 10 Oktober-13 November 2016. Tim penyelenggara survei yakni Dwi Rahayu, Rando Tungga Dewa, dan Bryan Bramaskara. Berdasarkan hasil survei, 55 persen responden memiliki wawasan yang cukup terhadap nuklir dan hanya empat yang memiliki wawasan mendalam atau sedang menjalankan pendidikan di bidang terkait.
Dwi yang saat ini belajar di salah satu kampus nuklir di Rusia, National Research Nuclear University MEPhI menganggap hasil survei adalah pencapaian yang memuaskan. "Pelajar Indonesia di luar negeri ternyata juga peduli dengan pemanfaatan energi nuklir di tanah air," katanya.
Sebanyak 57 persen responden menyatakan setuju bahwa Indonesia sudah saatnya menggunakan teknologi nuklir. Hal tersebut berdasarkan berbagai pertimbangan. Seperti, anggapan bahwa sumber energi fosil tidak dijadikan menjadi sumber energi utama.
Selain karena tingkat emisi karbon yang cukup tinggi, tetapi juga karena keberadaannya yang semakin menipis. Selain itu, energi nuklir merupakan sumber energi alternatif yang terbukti paling efisien jika dibandingkan sumber energi alternatif lainnya.
Manfaat energi nuklirpun akan bisa terlihat pada pasokan listrik di daerah. Sekaligus dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat Indonesia. "Salah satu alasan yang pasti ialah responden meyakini bahwa Indonesia dengan segala sumber daya manusia dan alam yang ada sudah mampu membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)," katanya.
Sejumlah kekhawatiran memang masih menggelayut. Seperti anggapan bahwa nuklir membahayakan bagi penduduk sekitar, tidak ramah lingkungan, khawatir kebocoran reaktor, pencemaran radioaktif, limbah radioaktif, dan belum ditemukan solusi terbaik bagi sistem proliferasinya.
Meskipun demikian, menurut survei tersebut trend persentase responden yang mendukung dan menganggap pembangunan PLTN sebagai solusi mengatasi krisis listrik jangka panjang terus meningkat dari tahun ke tahun. "Untuk memenuhi kebutuhan listrik di seluruh wilayah Indonesia yang semakin meningkat, sudah saatnya masyarakat dan pemerintah bekerja sama untuk membangun pembangkit listrik berbasis energi Nuklir," tutupnya.