Selasa 07 Feb 2017 16:52 WIB

Indonesia Butuh 80 Miliar Dolar AS untuk Bangun Infrastruktur Gas

Rep: Frederikus Bata/ Red: Nidia Zuraya
Sumur eksplorasi gas bumi (Ilustrasi)
Foto: ANTARA
Sumur eksplorasi gas bumi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Yenni Andayani mengatakan negara kita memerlukan investasi senilai 70 miliar hingga 80 miliar dolar AS untuk pembangunan infrastruktur gas secara menyeluruh. Besaran investasi tersebut untuk mencukupi kebutuhan energi domestik yang terus tumbuh sekitar  4-5 persen per tahun.   

 

Yenni menerangkan meningkatnya kebutuhan energi domestik ini disebabkan oleh pertumbuhan populasi kelas menengah dan meningkatnya gross domestic product (GDP). Angka pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi energi secara global.

 

Ia melanjutkan sekitar 15 persen kebutuhan energi tersebut dipasok dengan gas, sedangkan sisanya dipasok dengan minyak bumi, batubara dan lainnya. Sejak tahun 1970-an,  Pertamina telah menjadi salah satu eksportir gas alam cair (LNG)  di dunia dan terlibat dalam pembangunan infrastruktur LNG yang berkelas dunia seperti fasilitas LNG di Arun, Bontang, dan Donggi Senoro.

Pertamina juga memiliki jaringan pipa gas transmisi dan distribusi, serta lapangan-lapangan gas besar antara lain Mahakam dan Corridor. Yenni mengatakan peran gas alam untuk ekonomi Indonesia ke depan akan cukup menonjol.  

Hal tersebut  dipicu oleh pertumbuhan permintaan gas dari pembangkit listrik PT PLN (Persero) untuk kapasitas total sekitar 14 Gigawatt yang merupakan bagian program 35 GW pemerintah dan proyek Refinery Development Master Plan pada empat kilang dan dua New Grass Root Refinery milik Pertamina. Pertumbuhan juga akan didukung oleh penambahan kapasitas pabrik pupuk dan sektor transportasi.   

“Proyek-proyek tersebut menjadikan permintaan gas meningkat dan tantangan selanjutnya adalah upaya yang harus dilakukan untuk memenuhi permintaan tersebut dari hulu ke hilir. Indonesia memerlukan investasi baru untuk mengeksplorasi dan mengembangkan sumber-sumber gas baru serta membangun infrastruktur gas yang akan mengirimkannya ke konsumen akhir,” kata Yenni dalam keterangan pers tertulis kepada Republika, Selasa (7/2).

 

Berdasarkan kalkulasinya, untuk membangun infrastruktur gas secara menyeluruh Indonesia memerlukan investasi baru sekitar 70-80 dolar miliar dolar AS hingga 2030. Selain mendukung upaya pemenuhan gas domestik, investasi baru tersebut juga berarti menciptakan ribuan lapangan kerja, memicu pertumbuhan industri, dan juga memacu pertumbuhan GDP Indonesia.

 

“Investasi infrastruktur gas merupakan investasi jangka panjang untuk 30-an tahun dan untuk menjadi tujuan investasi, Indonesia berkompetisi dengan negara lain. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi yang baik di seluruh stakeholder, insentif, harga yang kompetitif, dan memastikan iklim investasi dalam negeri yang baik,” tutur Yenni yang juga menjabat sebagai Chairman Indonesia Gas Society.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement