Rabu 08 Feb 2017 21:06 WIB

Korporasi Diminta Reinvestasikan Profitnya

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Dwi Murdaningsih
Kepala Badan Koordinat Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong memberikan sambutannya saat meresmikan layanan investasi tiga jam sektor ESDM di Gedung BKPM, Jakarta, Senin (30/1).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Kepala Badan Koordinat Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong memberikan sambutannya saat meresmikan layanan investasi tiga jam sektor ESDM di Gedung BKPM, Jakarta, Senin (30/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah optimistis pertumbuhan investasi tahun ini bisa lebih tinggi dari capaiannya di tahun lalu. Catatan Badan Pusat Statistik, pertumbuhan Pembentuk Modal Tetap Bruto (PMTB) tahun 2016 sebesar 4,48 persen. Angka ini sebetulnya turun dibanding raihan tahun 2015 yang sebesar 5,01 persen. Secara sederhana, pertumbuhan PTMB atau pengeluaran barang modal yang mencerminkan investasi masih di bawah pertumbuhan ekonomi nasional di tahun 2016 sebesar 5,02 persen.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong menjelaskan, 1/5 dari unsur pembentuk PMTB merupakan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Meski pertumbuhan PMTB merosot, namun Thomas menyebutkan pertumbuhan PMA dan PMDN menyentuh 13 persen.

Namun di sisi lain, Thomas menyayangkan reinvestasi yang berasal dari profit korporasi di tahun lalu masih lesu. Padahal total nilai reinvestasi dari profit perusahaan bisa dua kali lipat dari keseluruhan PMA ditambah PMDN sekaligus. Ia menambahkan, reinvestasi sangat terpengaruh oleh sentimen usaha dan iklim investasi.

Thomas juga menambahkan, implementasi 14 paket kebijakan ekonomi yang sudah dirilis sejak 2015 lalu bisa memberikan dorongan terhadap investasi di dalam negeri. Harapannya, lanjutnya, pelaku usaha khususnya swasta lebih terdorong lagi memperluaskan investasinya sekaligus melakukan ekspansi bisnis. Reinvestasi yang dilakukan perusahaan melalui profitnya diyakini bisa mendorong pertumbuhan lantaran menyerap tenaga kerja.

"Jadi semakin kita kurangi hal-hal yang bikin kesal dan capai pengusaha, makan semangat untuk investasi akan naik. Mereka akan menggunakan profit usaha untuk perluasan atau masuk ke bidang usaha yang baru," ujar Thomas.

Meski kemudahan untuk berbisnis dan investasi selalu didorong oleh pemerintah, Thomas mengakui adanya pengaruh yang datang dari suasana politik dalam negeri. Hanya saja, ia yakin dinamika politik tidak akan banyak berikan pengaruh ketimbang kemudahan aturan yang bisa mendorong investasi.

"Regulasi masih tumpang tindih dan berlebihan dan bikin capek orang. Mesti ngisi banyak formulir. Mesti memperhatikan ribuan peraturan ya kan," katanya.

Secara umum, Thomas menegaskan bahwa pertumbuhan PMA dan PMDN akan tumbuh lebih baik. Selain dua hal itu, ia juga menyinggung soal kontribusi dari belanja modal yang dilakukan oleh perusahaan. Artinya, baik PMA, PMDN, dan belanja modal korporasi bisa mendorong reinvestasi profit perusahaan, yang berujung pada pertumbuhan ekonomi yang meningkat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement