REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Petugas Polsek Medan Barat, masih menyelidiki ratusan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMKN) Binaan Provinsi Sumatera Utara, diduga mengalami keracunan makanan.
"Mereka dirawat pada sejumlah rumah sakit di Medan," kata Kapolsek Medan Barat, Kompol Victor Ziliwu, Rabu (8/2).
Siswa yang makan pada Selasa malam (7/2), menurut dia ada sebanyak 350 orang. "Kalau yang diduga keracunan lebih dari seratus orang," ujar Kompol Victor.
Ia menyebutkan polisi sudah mendatangi SMKN berlokasi, di Jalan Karya Dalam, Helvetia, memeriksa lokasi makan malam dan dapur yang digunakan untuk memasak. "Kami sudah bertemu dengan pengelola, kepala sekolah dan tata usaha, disebutkan makanan ditangani katering yang baru dua hari melakukan kegiatan di sekolah tersebut," katanya.
Kapolsek menjelaskan pihaknya sedang berusaha mengumpulkan bahan makanan tadi malam, dan memanggil penyalur beras dan penjual sayur. "Untuk sementara, kita fokus pada pendataan dulu," ucap Victor Ziliwu.
Informasi yang diperoleh menyebutkan, para siswa itu mengalami lemas, mual, pusing, muntah hingga mencret. Sebelumnya mereka menyantap makanan malam dengan menu nasi putih, ayam semur, sayur sawi dan air putih di Asrama SMKN.
Siswa makan malam, Selasa (7/2) sekitar pukul 19.00 WIB. Sekitar pukul 21.00 WIB, mereka mengikuti apel di sekolah. Saat itu, sebagian siswa sudah mengalami gejala keracunan makanan, yang lain merasakannya setelah apel.
"Perut saya terasa mules sejak pukul 23.00 WIB. Dan dibawa ke RS Sufina Azis, pukul 05.00 WIB, karena mengalami sakit perut," kata Anggi, salah seorang siswa SMKN.
Anggi mengaku ikut makan malam bersama rekannya yang lain setelah mereka melaksanakan tugas di bengkel. Namun, dia tidak tahu kenapa sebagian di antara mereka mengalami gejala keracunan makanan.
"Kami nggak tahu kenapa, soalnya ada sebagian yang ikut makan nggak kena. Ada juga yang gak makan kena juga. Sebelumnya saya ada makan mie, mungkin karena itu juga," ucap siswi klas 10 SMKN itu.
Sebagian siswa yang diduga keracunan makanan itu, masih dirawat di RS Sufina Azis, RS Imelda Pekerja Merdeka, dan RS Putri Hijau, serta 13 siswa yang dibawa keluarganya pulang untuk berobat sendiri. Beberapa di antara siswa yang dirawat di rumah sakit sudah diperbolehkan pulang bahkan ada yang telah kembali ke sekolah.