REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Ketika Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Jumat (10/2) waktu AS, surplus perdagangan otomotif Jepang membengkak. Namun menyeimbangkan ekspor mobil dengan impor tidak lebih mudah dibanding tahun 1980-an.
Trump mungkin menekan Abe untuk berbuat lebih banyak terkait ketidakseimbangan perdagangan dengan Jepang saat pertemuan di Gedung Putih atau bermain golf. Tapi kedua pemimpin tidak mungkin mengubah fakta bahwa mobil-mobil besar dan truk Amerika tidak dijual di Jepang.
Konsumen Jepang yang dihadapkan dengan padatnya kota mendukung produksi kendaraan kecil dalam negeri yang disebut Kei Mobil. Mobil jenis ini menguasai lebih dari sepertiga pasar. Dengan harga sekitar 1,1 juta yen atau 9.800 dolar AS, kendaraan tersebut memiliki mesin yang dianggap kebanyakan orang Amerika tidak memadai untuk sepeda motor.
Lihat juga: Saat Para Raksasa Otomotif Dunia Dibuat Tunduk kepada Trump
Bahkan Toyota Motor Corp Jepang dan Honda Motor Co tidak bisa meyakinkan konsumen Jepang untuk membeli model yang populer di AS yakni kendaraan sport kecil seperti Toyota RAV4 dan Honda CR-V. Konsumen Jepang melihat kendaraan tersebut terlalu besar.
Hanya sekitar 13 ribu kendaraan dari mobil AS yang dijual di Jepang pada 2015 dan 2016. Sekitar tiga perempat adalah Jeep SUV yang dibuat Fiat Chrysler Automobiles. Ford motor Co bulan lalu mengumumkan menarik diri seluruhnya dari pasar Jepang setelah hanya menjual 2.400 kendaraan pada 2016 di negara itu.
Pasar mobil Jepang telah menyusut tidak hanya dalam ukuran kendaraan, tetapi volume penjualan. Akibatnya, mobil global termasuk Jepang yang terfokus pada peningkatan penjualan di Cina, AS dan pasar negara berkembang.