REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- Kelompok gerilyawan syiah Yaman, Al-Houthi menyeru PBB memainkan peran aktif dalam menghentikan perang saudara, dan menuntut agar tidak memperbarui masa tugas utusan perdamaian PBB, demikian surat yang disiarkan oleh kantor berita Yaman, SABA.
Di dalam surat yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal PBB, kelompok Al-Houthi menuntut PBB mengakhiri blokade komersial udara dan laut yang diberlakukan oleh koalisi militer Arab pimpinan Arab Saudi. Kelompok tersebut juga menuntut PBB menyelidiki pemboman udara koalisi terhadap satu tempat pemakaman tahun lalu di Ibu Kota Yaman, Sana'a, dan sasaran sipil lain, kata kantor berita SABA yang dikuasai Al-Houthi.
"Kami juga menuntut agar masa tugas utusan perdamaian PBB untuk Yaman saat ini Ismail Ould Cheikh Ahmed tidak diperbarui karena kegagalan dan kekurangnya dalam tidak memihak selama misinya," demikian isi surat tersebut, yang mengutip pejabat Al-Houthi Saleh As-Sammad.
Pada Desember, pemerintah Yaman dukungan koalisi militer pimpinan Arab Saudi menolak peta jalan perdamaian yang disarankan oleh Ould Cheikh mengenai pembentukan pemerintah baru pembagian kekuasaan dengan petempur Al-Houthi dan mengakhiri perang dua tahun di Yaman.
Situasi di Yaman telah memburuk secara ekonomi dan politik sejak Maret 2015, ketika perang meletus antara kelompok Syiah Al-Houthi, yang didukung mantan presiden Ali Abdullah Saleh, dan pemerintah yang didukung koalisi pimpinan Arab Saudi. Pertempuran darat yang berkecamuk dan serangan udara sudah menewaskan lebih dari 10 ribu orang, separuh dari mereka warga sipil, melukai lebih dari 35 ribu orang dan membuat lebih dari dua juta orang meninggalkan tempat tinggal mereka, demikian statistik dari berbagai lembaga bantuan kemanusiaan.