REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pebalap asal Britania Raya, Chris Froome, memastikan diri sebagai juara Tour de France 2013. Dia meneruskan kesuksesan pebalap Inggris, Bradley Wiggins, yang menjuarai Tour de France 2012.
Keberhasilan Froome ini sekaligus memastikan berlanjutnya musim panas yang menakjubkan bagi olahraga Inggris. Britania sebelumnya sukses menggelar tur musim panas Inggris dan Irlandia yang dilanjutkan dengan kemenangan Andy Murray di turnamen tenis Wimbledon.
Inggris sebelumnya juga sukses menggelar pesta Olimpiade 2012. Frooem dan Wiggins saat itu sukses mempersembahkan medali perunggu dan emas masing-masing di nomor time trial.
"Saya pikir itu menjadi musim panas menakjubkan bagi olahraga Inggris," ujar Froome.
Kepastian Froome menjuarai Tour de France sudah diketahui ketika balapan memasuki etape ke-20 pada Sabtu. Finis di urutan ketiga, Froome memimpin klasemen dengan total waktu 80 jam 49 menit 33.
Froome unggul lima menit lebih dari pesaing terdekatnya, Nairo Alexander Quintana Rojas, yang menempati urutan kedua pimpinan klasemen.
"Dengan menyisakan dua kilometer ketika saya bersama Quintana dan (Joaquim) Rodriguez, saya mulai berpikir sisa dua kilometer, aku punya lima menit untuk mengamankan kemenangan," kata Froome.
"Itu luar biasa dan itu benar-benar menjadi cukup sulit untuk berkonsentrasi pada mereka di dua kilometer terakhir itu," ujar dia.
Froome berhasil melakukannya menjaga jarak lima menit lebih. Alhasil, apapun hasil etape 21 atau terakhir pada Ahad (21/7) tidak menggoyahkan posisi Froome sebagai pemimpin klasemen pebalap.
Marcel Kittel yang memenangkan etape terakhir Tour de France 2013 pada Ahad lalu. Tapi, kemenangan Kittel tak mampu membendung Froome yang tetap keluar sebagai juara Tour de France dengan total waktu dengan 83 jam 56 menit 40 detik.
Pebalap berusia 28 tahun itu mengungguli Quintana Rojas yang tertinggal empat menit 20 detik dan Joaquin Rodriguez Oliver dengan selisih lima menit empat detik. Musim panas fantastis olahraga Inggris pun berlanjut.
Ikuti Whatsapp Channel Republika