REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Cal Crutchlow memiliki tantangan besar setelah memutuskan hijrah ke Ducati. Ia bertekad mengembalikan kejayaan dan harga diri pabrikan asal Italia tersebut di kancah MotoGP.
Keputusan Crutchlow untuk meninggalkan Yamaha Tech 3 demi bergabung ke Ducati, menimbulkan kritik. Maklum, performa Ducati belakangan ini merosot drastis lantaran belum pernah naik podium setelah kemenangan Casey Stoner di Grand Prix Australia 2010 lalu.
Ironisnya hingga sembilan seri balapan musim ini, dua penunggang Ducati yakni Andrea Dovizioso dan Nicky Hayden belum sekalipun merasakan naik podium. Raihan terbaik Ducati adalah finis di urutan empat pada MotoGP Prancis di Sirkuit Le Mans, Ahad (19/5).
Dovizioso finis di urutan empat dengan catatan waktu 49 menit 27.794 detik. Crutchlow menyadari betul adanya kritikan yang mewarnai keputusannya untuk hijrah ke Ducati. Namun, ia menjadikan semua kritikan itu sebagai sebuah tantangan.
Apalagi Ducati akan menjadi pengalaman pertamanya sebagai pebalap dari tim pabrikan di MotoGP. "Saya sangat bahagia dengan keputusan saya untuk musim depan. Ducati akan memberikan 100 persen, begitu pun dengan saya," kata Crutchlow dikutip dari Motorcyclenews, Ahad (4/8).
Saat ini, ujar Crutchlow, Ducati memang lebih sulit ditunggangi ketimbang motor lainnya. Namun ia yakin bisa menjinakkan Desmosedici. "Saya bisa menembus MotoGP dalam waktu cukup singkat. Jadi tidak ada alasan mengapa aku tidak akan bisa tampil kompetitif," ujarnya.
Crutchlow dikontrak Ducati dengan durasi dua tahun untuk musim 2014 dan 2015. Mantan juara Supersport Dunia dan peraih penghargaan pendatang baru terbaik MotoGP pada 2011 ini, menduduki peringkat kelima di klasemen tahun ini, mencatatkan empat podium dari sembilan balap pertamanya.
Crutchlow mengatakan sangat terharu setelah CEO Ducati Claudio Domenicali begitu menginginkan dirinya. Domenicali, tambah da, berusaha keras untuk mendatangkannya. "Saya sangat mengapresiasi itu dan berharap bisa membayar kepercayaan mereka," kata dia.