REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYITAW -- "Siapa sih yang tidak kenal dia? Begitu mendengar namanya saja, lawan sudah gentar". Begitu celotehan yang keluar di arena pertandingan karate pada ajang SEA Games 2013 Myanmar.
Ucapan tersebut ditujukan kepada Umar Syarief, kareteka senior Indonesia yang sudah mendunia. Hampir semua orang yang berkecimpung di dunia karate, pasti kenal sosok pria kelahiran Sidoarjo, 15 April 1977 tersebut.
Umar merupakan salah satu jagoan Tanah Air. Sejak SEA Games 1977, belum ada satu pun yang bisa mengalahkan dia di nomor kumite perorangan. Pria berusia 36 tahun itu selalu menggondol emas dalam setiap pesta olah raga dua tahunan se-Asia Tenggara ini.
Hanya satu kali ia tidak menyumbang emas. Yakni pada SEA Games 2007. Itu pun karena absen lantaran terkena cedera ligamen yang mengharuskannya naik meja operasi.
Umar kembali membuktikan keperkasaannya pada SEA Games tahun ini. Ia sukses menyumbangkan emas pertama untuk tim karate dari nomor kumite perorangan kelas +68 kg pada pertandingan di Wunna Theikdi Indoor Stadium, Jumat (13/12).
Pengamatan Republika di lapangan, pria yang kini tinggal dan memiliki Dojo di Swiss tersebut nyatanya memang sangat disegani. Hampir semua para karateka dari negara lain yang ada di arena pertandingan, menujukan matanya kepada Umar. Padahal saat itu Umar hanya sedang melakukan pemanasan.
Republika bahkan melihat sekelompok atlet asal Thailand terlibat perbincangan serius sambil mengarahkan pandangan kepada Umar. Salah satu dari mereka berbicara sambil mengepalkan tangan dan mengacungkan jempol kepada kawannya seperti tanda salut kepada Umar.
Benar saja, pemilik Dojo di Swiss itu yang mendapatkan bye dan langsung bertanding di semifinal dengan mudah menaklukkan karateka Thailand, Sutthichai Taekhieo dengan poin telak 8-0. Hebatnya, hampir setiap poin yang didapat Umar dihasilkan melalui pukulan usai membanting lawan.
Hanya saja, Umar terlihat lebih berhati-hati ketika menghadapi partai final melawan karateka Malaysia, Theeban Govindasamy. Sehingga ia hanya menang dengan poin tipis 1-0. "Saya harus berhati-hati karena Malaysia sangat paham dengan gaya permainan saya," kata Umar ketika berbincang dengan Republika
Umar kini membidik emas kedua. Ia akan kembali berlaga melalui nomor kumite beregu putra yang akan dipertandingkan pada Ahad (15/13). Ia sangat berharap bisa merebut dua emas untuk memenuhi permintaan putranya yang berusia enam tahun. "Anak saya memesan dua emas," ujar Umar.
Dia menceritakan, anaknya yang bernama Arjun Junaedi Syarief itu, sering memegang-megang koleksi medali sang ayah yang ada di rumah. "Papi besok main lagi ya? Bawa dua gold (emas) ya, yang bagus seperti ini," Umar menirukan ucapan sang anak yang sebenarnya tidak tahu ayahnya akan berlaga di berapa nomor pada SEA Games 2013.
Tekad Umar untuk kembali menggondol emas melalui nomor kumite beregu semakin tebal karena anaknya itu sedang sakit cacar dan panas. Sehingga dua emas yang akan didapatkannya diharapkan bisa mengobati rasa sakit si buah hati hasil pernikahannya dengan Ai Lee, mantan karateka Malaysia.
Pada nomor kumite beregu putra, Umar akan memimpin tim yang beranggotakan Doni Dharmawan, Hendro Salim, Jintar Simanjuntak, Imam Ragananda, Angga, dan Christo Mondulu. Komposisi itu nyaris sama ketika Umar meraih medali emas pada nomor kumite beregu di SEA Games 2011.
"Saya optimistis kumite beregu putra bisa merebut emas. Karena kami sudah sering tampil bersama. Sekarang hanya tinggal mengatur srategi untuk menentukan urutan bertanding," ucap dia.
Umar sebenarnya sempat memutuskan pensiun usai merebut emas SEA Games 2011. Namun keputusan itu ia batalkan. Sebagai karateka andalan, ia merasa terpanggil untuk kembali mengabdikan diri kepada Indonesia.
"Saya membatalkan pensiun, karena tidak mau melihat Malaysia dan lawan-lawan lainnya senang. Saya memang sudah tua, tapi saya haus gelar," tuturnya.