REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYITAW -- Atlet pencak silat Indonesia Mohammad Adhan masih menunggu penyematan medali emas SEA Games 2013 yang selama ini tertahan karena ada protes keras dari atlet tuan rumah Myanmar.
"Hingga saat ini saya belum menerima medali. Padahal saya sudah ditetapkan sebagai peraih medali emas," kata Mohammad Adhan di Naypyitaw, Myanmar, Sabtu (22/12) dengan nada kecewa.
Menurut dia, demi menunggu penyematan medali yang baru pertama kali diraih serta satu-satunya medali emas yang direbut kontingen Indonesia dari nomor tarung, pihaknya rela tetap bertahan di Myanmar meski atlet yang lain sudah kembali ke Tanah Air.
Adhan mengaku medali emas yang direbut dari nomor tarung kelas 55-60 kg merupakan sebuah kebanggaan bagi dirinya, bangsa dan negara, keluarga serta jajaran pelatih yang selama ini menggemblengnya.
"Saya akan terus menunggu kejelasan terkait medali ini," kata pria yang juga peraih medali POM ASEAN itu.
Pria asal Donggala Sulawesi Tengah ini merebut emas nomor tarung setelah empat dari lima wasit memberikan kemenangan atas atlet tuan rumah, Ye Kyaw Thu di Zeyar Thiri Indoor Stadium C, Naypyitaw,Minggu (15/12). Namun, ada protes dari pelatih Myanmar.
Protes pihak tuan rumah tidak hanya dilakukan oleh pelatih. Ofisial yang seharusnya tidak boleh berada di sekitar gelanggang juga melakukan protes meski semua wasit telah memberikan keputusan kemenangan bagi Mohammad Adhan.
Mohammad Adhan, menurut pelatih dari Myanmar telah dua kali keluar gelanggang sehingga harus mendapatkan pengurangan poin. Namun, pihak wasit menilai atlet asal Donggala itu hanya sekali keluar gelanggang.
Sebenarnya protes bisa terselesaikan. Namun menjelang upaya penyerahan medali oleh panitia pertandingan, pihak Komite Olimpiade Myanmar meminta penyerahan medali ditunda hingga menjelang pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara ditutup, Ahad (22/12).
Jika medali emas ini tidak diberikan kepada Mohammad Adhan maka Indonesia batal menjadi juara umum pencak silat SEA Games 2013. Predikat tersebut akan beralih ke Myanmar.