REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Bagi Manny Pacquiao, konferensi pers selepas laga kontra Timothy Bradley, akhir pekan lalu, lebih mirip interogasi daripada wawancara.
Pemegang tujuh sabuk dari tujuh divisi berbeda itu dihujani pertanyaan bertubi-tubi tentang satu tema yang sama. Tema itu adalah wacana klise tentang pertarungannya melawan Floyd Mayweather Junior.
"Mengapa Anda tidak melawan Mayweather? Kapan pertarungan itu bisa terjadi? Bukankah Anda telah menurunkan kualitas tinju dengan tidak bertarung menghadapi lawan terbaik?" demikian beberapa pertanyaan yang dilancarkan para awak media.
Pacquiao tak bisa berkata-kata meladeni serbuan pertanyaan tersebut. Petinju asal Filipina itu hanya melirik pada promotornya Bob Arum.
"Kami telah mendapat pertanyaan seperti ini jutaan kali. Jika Mayweather ingin bertarung, maka dia harus mau bernegosiasi dengan baik," kata Arum, promotor dari Top Rank, seperti dilansir AP.
Pertarungan Pacquiao versus Mayweather sejatinya hampir terealisasi pada 2010 lalu. Namun, akibat perbedaan pendapat soal tes doping, laga antara dua petinju terbaik dunia itu urung terjadi. Selepas itu, terjadi perang dingin antara Top Rank dan Golden Boy (promotor Mayweather).
Akibat perang dingin tersebut, peluang Pacquiao mendapat lawan mumpuni setelah ini pun makin menyempit. Sebab, sejumlah petinju yang tengah naik daun seperti Danny Garcia, Amir Khan, dan Marcos Maidana berada di bawah payung Golden Boy.
Lawan tangguh yang bisa menjadi lawan Pacquiao kemungkinan adalah Juan Manuel Marquez. "Itu akan jadi pertemuan kelima saya dengan Marquez. Tapi, saya tidak ada masalah," ujar petinju berjuluk PacMan itu.
Arum mengungkapkan kemungkinan kecil pihaknya mampu bernegosiasi dengan Golden Boy. Menurut dia, satu-satunya pihak yang bisa mewujudkan laga impian antara Pacquiao dan Mayweather adalah publik dan media.
Publik, kata Arum, dapat memaksa Golden Boy untuk mau bernegosiasi. Satu-satunya cara untuk mendesak Golden Boy, imbuh Arum, adalah dengan memboikot laga Mayweather kontra Maidana pada awal Mei mendatang.
Ia menyarankan agar pecinta tinju tidak membeli tiket atau menonton laga tersebut melalui siaran pay-per-view. "Tak ada strategi lain kecuali boikot," tegasnya.