REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- ''Rakyat Ukraina marah dengan permainan yang dijalankan pemerintahnya. Rakyat ingin tahu mengapa kami tak memiliki masa depan yang lebih baik."
Kebanyakan orang barangkali mengira kalimat di atas adalah ucapan seorang aktivis atau politikus yang berkewarganegaraan Ukaraina. Negara pecahan Uni Soviet itu memang sedang dilanda gonjang-ganjing politik belakangan ini.
Barangkali hanya sedikit orang yang mengira kalimat tersebut diucapkan oleh seorang olahragawan seperti Vitali Klitschko.
Selama beberapa dekade, Klitschko telah membuktikan tajinya di ring tinju. Ia merupakan juara dunia kelas berat versi WBC sebelum mengundurkan diri akhir tahun lalu untuk fokus di panggung politik.
Kini, pria usia 42 tahun itu kembali membuktikan diri sebagai politikus yang pantang menyerah. Awal pekan ini, Klitschko resmi terpilih sebagai Wali Kota Kiev yang baru.
Ia menjadi orang nomor satu di ibu kota Ukraina itu setelah memenangkan pemilihan umum dengan raihan suara 57 persen. Ini menjadi angin segar bagi perjalanan politik Klitschko setelah gagal sebagai kandidat presiden Ukraina dalam pemilihan umum awal tahun ini.
Sebelum terjun ke dunia tinju, Klitschko mengawali karier di kickboxing. Ia mengawali debut di ring tinju pada 1996. Delapan tahun berselang, ia dinobatkan sebagai juara dunia kelas berat WBC setelah mengalahkan petinju Afrika Selatan, Corrie Sanders.
Sejak saat itu, Klitschko tak terkalahkan hingga laga terakhirnya kontra Manuel Charr pada September 2009.
Pengunduran diri Klitschko banyak disebut sebagai awal sebuah era baru di dunia tinju kelas berat. Setelah sekitar satu dekade, tinju kelas berat akhirnya memiliki juara baru, Bermance Stiverne dengan mengalahkan Chris Arreola pada laga memperebutkan gelar peninggalan Klitschko.
Saudara kandung Klitschko, Wladimirmasih, memegang sabuk juara kelas berat versi WBA, IBF, WBO, IBO, dan The Ring.