REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Karut-marut manajemen olah raga tak hanya terjadi di tubuh PSSI dan dunia sepakbola tanah air. Di Surabaya, cabang olahraga (cabor) atletik tersangkut kasus perekrutan nama bodong alias atlet tidak berprestasi.
Kasus atlet bodong cabor atletik Surabaya terendus media setelah adanya aduan salah satu klub atletik yang merasa dirugikan. Klub atletik Troy, yang memiliki atlet dari kalangan dhuafa harus puas tak ada satupun anak didik mereka yang masuk daftar pembinaan atlet.
Padahal, menurut pengasuh klub Troy, Yuliati Umrah, mereka mendaftarkan atlet yang sudah berprestasi di sejumlah kejuaraan tingkat kota dan provinsi. Bahkan, berpengalaman di sejumlah ajang taraf nasional.
Menurut Yuliati, para atlet remajanya jauh lebih layak masuk dalam daftar pembinan atlet dibanding nama yang ditetapkan. "Setelah saya melakukan pengecekan,banyak nama atlet diketahui hanya pernah sekali saja mengikuti kejuaraan. Itu pun tak pernah memenangi gelar apapun," ujar Yuli, sapaan Yuliati, kepada Republika, Sabtu (13/12).
Selain itu, menurut Yuli, ada juga nama atlet terpilih yang kalah berprestasi dari anak didiknya. Namun, mereka dimasukan hanya karena ikatan kekerabatan atau kedekatan dengan pengurus cabang (pengcab) Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Surabaya.
Ia juga menyebut keanehan lain. Yaitu, ketika diketahui nama seorang atlet yang sudah pindah membela kabupaten lain namun tetap dimasukan. "Kami bukannya iri anak didik kami tidak dimasukan. Tapi ini tidak adil," ujar Yuli.
Yuli menambahkan, perekrutan pelatih juga tidak jelas. Karena sebagian pelatih diketahui tidak kompeten. Misalnya, koordinator pelatih yang bernama Titik yang berlatar belakang guru sejarah di salah satu SMP di Surabaya.
Yuli curiga, Titik mendapatkan posisis tersebut karena statusnya sebagai Sekretaris II Pengcab PASI Surabaya. Berusaha dikonfirmasi, Titik enggan memberi tanggapan.
Semula, ia mau menerima telepon Republika. Setelah dimintai tanggapan kasus tersebut, ia langsung menutup telepon dan tak pernah lagi mengangkat ponselnya ketika kembali dihubungi.
Ketua PASI Surabaya Armudji mengakui adanya masalah dalam perekrutan atlet cabor atletik. Menurutnya, hal tersebut terjadi hanya karena kesalahan komunikasi. Karena, pelatih yang disebut mengajukan nama atlet.
"Besok akan kita verifikasi, besok para pelatih kita kumpulkan," ujar Ketua DPRD Surabaya tersebut.