Kamis 18 Jun 2015 07:06 WIB

Indonesia Gagal di SEA Games 2015, KOI Salahkan Satlak Prima

Rep: C04/ Red: Erik Purnama Putra
Bulu tangkis adalah segelintir cabang olahraga yang mempersembahkan emas di SEA Games 2015.
Foto: Antara
Bulu tangkis adalah segelintir cabang olahraga yang mempersembahkan emas di SEA Games 2015.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pagelaran olahraga SEA Games 2015 di Singapura telah usai. Tim Merah Putih gagal meraih posisi pertama di ajang tersebut. Indonesia hanya berhasil menempati posisi ke lima klasemen akhir dengan hanya mengoleksi 47 medali emas, 61 medali perak dan 74 medali perunggu.

Padahal sebelumnya, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi menargetkan bahwa kontingen Indonesia nantinya dapat berada di posisi runner up dengan mengoleksi 79 medali emas. Menurut Sekretaris Jenderal Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Hifni Hasan, capaian kontingen Indonesia itu merupakan kegagalan yang paling membuat Indonesia kecewa.

Walau begitu, ia mengaku, hal ini juga dapat dijadikan modal utama guna merevolusi sistem dalam organisasi dan kemampuan para atlet ke depannya. Menurut Hifni, hal yang pertama kali harus dilakukan oleh pemerintah adalah memperbaiki struktur organisasi dari Satlak Prima.

Dengan hadirnya Satlak Prima selama kurang lebih lima tahun terakhir ini, prestasi dan rangking yang diraih oleh para atlet malah semakin menurun. Hal yang pertama kali harus diperbaiki adalah sistem organisasi kita. Dia menyarankan, Menpora harus turun langsung dalam mengelola Satlak Prima.

Yang kedua, lanjut dia, dibentuk tim seleksi atlet yang juga ditunjuk langsung Menpora. Tim tersebut nantinya berguna untuk mengawal para atlet yang dikirim untuk mengikuti Olimpiade. Sehingga KOI tidak harus ikut dan turun langsung atau terima bersih dalam proses seleksi.

"Baru yang ketiga, jika semua sudah beres, mengenai anggaran sudah pasti akan otomatis lebih mudah di dapatkan," ungkap Hifni kepada Republika, Rabu (17/6).

Hifni juga mengungkapkan, selama ini tim seleksi dari Satlak Prima selalu memilih atlet yang hanya merupakan anggota dari Satlak Prima saja, tanpa memilih atlet berdasarkan kemampuan yang berkompeten. Sehingga berdasarkan hal tersebut, Hifni menganggap bahwa cara kerja tim seleksi Satlak Prima tersebut tidak berjalan dengan baik.

"Inilah yang membuat kami berkesimpulan bahwa dengan adanya Satlak Prima, prestasi atlet kita malah semakin menurun," imbuh Hifni.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement