REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Israr Itah
Tahun 2012 jadi masa suram bagi olahraga Indonesia. Untuk kali pertama sejak 1992, Indonesia urung meraih emas dari Olimpiade. Cabang olahraga (cabor) bulu tangkis yang menjadi tulang punggung dan selalu menyumbang emas dari Olimpiade Barcelona 1992, gagal total di Olimpade London 2012.
Jangankan emas, bahkan sekeping perunggu tak mampu dibawa pulang para pebulu tangkis kita ke Tanah Air. Untungnya, angkat besi jadi pelipur lara dengan menyumbang satu perak lewat Triyatno (kelas 69 kg) dan satu perunggu dari Eko Yuli Irawan (62 kg).
Tanpa terasa, tahun depan kita akan kembali berlaga pada multi event olahraga terbesar sejagat itu. Rio De Janeiro akan menjadi tempat para olimpian Indonesia beraksi untuk menjadi yang terbaik.
Rencana besar telah dibuat. Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Komite Olimpiade Indonesia (KOI), dan Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) sudah duduk satu meja untuk membahas target prestasi pada Olimpiade 2016 ini. Tercetuslah dua target ambisius: membawa pulang dua medali emas dari Brasil.
Di Rio nanti, ditargetkan ada 33 atlet dari 10 cabor yang bisa bertarung, lebih banyak 11 atlet dari Olimpiade 2012 lalu. Sebanyak 12 atlet dari bulu tangkis, tujuh dari angkat besi, tiga dari renang, satu dari lompat jauh, satu dari sepeda putri, masing-masing dua dari panahan, judo dan taekwondo, tiga dari dayung, dan dua regu dari voli pantai.
Misi meraih medali sudah pasti dibebankan kepada cabor bulu tangkis dengan angkat besi sebagai kuda hitam yang diproyeksikan membuat kejutan.
Mengingat prestasi tiga tahun silam di London, target dua emas memang ambisius, tapi bukan mimpi di siang bolong.
Sebelum berbicara lebih target dua emas itu, mari sejenak kembali ke tiga tahun lalu mengingat kembali penyebab kegagalan Indonesia di London.