Kamis 07 Apr 2016 21:14 WIB

Ethiopia Berencana Lakukan Tes Doping Massal

Doping
Foto: Wordppress.com
Doping

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA  --  Ethiopia, salah satu dari lima negara yang disebut IAAF berada dalam perawatan kritis atas sistem pengujian obat-obatan, akan melakukan tes doping terhadap 200-an atlet mereka.

Negara Afrika timur, yang bersama tetangga Kenya telah bertahun-tahun mendominasi lari jarak jauh, menjadi negara terbaru yang kredibilitasnya dipertanyakan ketika enam atlet mereka berada di bawah penyelidikan terkait doping pada bulan Februari.

Bulan lalu Badan Anti-Doping Dunia (WADA) memberikan 10 poin petunjuk kepada Addis Ababa, termasuk meningkatkan kapasitas pengujian obat berstandar WADA, yang akan dilaksanakan pada bulan November.

Para pejabat Ethiopia mengatakan kegagalan untuk melakukannya akan menyebabkan hukuman skorsing. "Tujuh puluh lima persen dari tes akan diambil dalam waktu tiga bulan," kata dokter tim Ayalew Tilahun, Kamis (7/4).

Biaya untuk mengambil sampel urin dan darah terhadap 150 sampai 200 atlet sebelum akhir April akan ditanggung negara antara 2,5 juta birr (117,359 dolar AS) hingga 3 juta birr, katanya. "Kami akan bergerak cepat. Ini adalah soal hidup atau mati untuk olahraga di negara kita," kata Tilahun.

Ethiopia, Kenya, Maroko, Ukraina dan Belarus telah diidentifikasi oleh Presiden IAAF Sebastian Coe sebagai negara yang membutuhkan "perawatan kritis" karena kelemahan mereka dalam sistem pengujian obat.

Rusia saat ini dilarang mengikuti semua pertandingan atletik setelah penemuan rezim doping yang disponsori negara dan dugaan korupsi.

Kenya, setelah melewatkan tenggat waktu WADA, masih diberi kesempatan sampai 12 Mei untuk menunjukkan negara itu memiliki sistem yang memadai setelah serangkaian tes positif terhadap profil atlet papan atas dan skors beberapa pejabat terkemuka.

Presiden Federasi Atletik Ethiopia Alebachew Nigussie mengatakan kepada wartawan bahwa Coe dan Direktur WADA Rob Koehler diagendakan untuk mengunjungi negara mereka pada awal Juni untuk meninjau kemajuan yang telah dicapai.

"Ini adalah bantuan mereka untuk mengizinkan kita ambil bagian dalam Olimpiade," kata Tilahun, mengacu pada Olimpiade di Rio de Janeiro pada bulan Agustus. "Mereka tetap mengawasi dan tidak akan ada alasan apapun. Kita harus bekerja keras."

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement