REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hampir seluruh pencinta olahraga tinju di dunia mengingat apa yang terjadi pada tanggal 8 Maret 1971. Pada tanggal itu digelar perhelatan akbar yang diadakan di arena bergengsi di New York, Madison Square Garden. Wartawan, penulis, dan sejarahwan olahraga menyebutnya sebagai "Pertarungan Abad Ini".
Pada tanggal itu, Muhammad Ali yang bernama asli Cassius Clay menantang juara bertahan Joe Frazier. Saat itu Muhammad Ali berusia 29 tahun. Tubuhnya kekar liat. Tingginya mencapai 191 sentimeter dengan bobot 98 kilogram. Saat itu, ia sudah menyadang julukan The Greatest atau Yang Terhebat.
Lawannya dua tahun lebih muda dengan ukuran tubuh sedikit lebih kecil. Joe Frazier memiliki tinggi 182 sentimeter dan berat 93 kilogram. Pada tahun itu Ali sangat superior. Namanya melambung setelah membuat Sonny Liston mencium kanvas pada tahun 1964. Sejak itu, ia belum pernah terkalahkan.
Ia juga menjadi simbol perjuangan sayap kiri Amerika. Kedekatannya dengan Malcom X dan penolakannya masuk angkatan darat membuat gelarnya dicabut dari tahun 1968 sampai tahun 1971 oleh asosiasi tinju Amerika saat itu.
Ali menolak masuk angkatan darat Amerika yang saat itu berperang dengan Vietnam. Ia mengatakan, membunuh adalah sesuatu yang dilarang Islam, agama Muhammad Ali. Muhammad Ali tidak hanya petarung yang tak terkalahkan, ia juga simbol anti-kemampanan.
"Tidak akan ada lagi Muhammad Ali lainnya, komunitas kulit hitam seluruh dunia, warga kulit hitam di seluruh dunia membutuhkan dirinya. Ia adalah suara untuk kami. Ia suara yang membuat saya menjadi saya hari ini," kata Floyd Mayweather, juara tinju dunia lima divisi.
Selama gelar Ali dicabut oleh asosiasi tinju Amerika, Joe meraih gelar sebagai juara kelas berat setelah berhasil mengalahkan Buster Mathis dan Jimmy Ellis.