REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Indonesia gagal menambah medali dari cabang angkat besi pada Olimpiade 2016. Triyatno hanya mampu menempati peringkat 10 kelas 69 kg putra pada perlombaan yang berlangsung di Riocentro, Rio de Janeiro, Rabu (10/8) pagi WIB.
Walau demikian, angkat besi tetap tercatat sebagai cabang olahraga yang paling konsisten menyumbang medali untuk kontingen Indonesia sejak Olimpiade 2000 di Sydney. Eko Yuli Irawan bahkan menjadi atlet Indonesia pertama yang mampu meraih medali dalam tiga Olimpiade.
PP PABBSI pun bertekad terus mempertahankan prestasi ini. Ketua umum PB PABBSI Rosan Roeslani mengincar prestasi yang lebih baik lagi pada Olimpiade Tokyo 2020.
Ia mengatakan PP PABBSI sudah memantau sejak sekarang atet yang masih bisa dipertahankan untuk Olimpiade 2020. "Sri Wahyuni masih 21 tahun, jadi kami berharap dia masih bisa jadi andalan di dua atau tiga Olimpiade mendatang. Eko saya kira peluangnya 50-50. Dia masih punya semangat tinggi," kata Rosan dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (10/8).
Ia yakin, dengan penerapan sport science karier Eko bisa bertahan lama. Rosan memberi contoh lifter Kolombia yang meraih emas kelas 62 kg sudah berusia 33 tahun.
"Selain itu, kami juga harus melakukan kaderisasi,” kata Rosan.
Setelah melewatkan kesempatan untuk meraih medali emas di kelas 48 kg putri dan 62 kg putra, manajer tim Alamsyah Wijaya menyebut nutrisi sebagai kelemahan utama tim angkat besi Indonesia. Rosan pun mengatakan bahwa masalah tersebut sudah mulai ditangani dengan serius.
“Kami sangat menyadari (masalah nutrisi). Makanya, sejak saya menjadi ketua umum pada Oktober tahun lalu, yang pertama saya lakukan adalah mengambil dokter nutrisi karena nutrisi bisa memperpanjang karier atlet dan juga mencegah cedera,” ujarnya lagi.
Awalnya, kata Rosan, para atlet mengeluh dengan diet ketat yang diterapkan. Namun, diet tersebut terbukti bisa meningkatkan performa para lifter.
“Penerapan sport science sudah mendesak. Dinamika di negara lain sangat tinggi. Sementara kita dulu berpikir dengan latihan metode latihan yang ada hasilnya sudah bagus. Agar bisa mendapatkan hasil yang lebih baik, kita harus menerapkan sport science,” katanya.
Selain penerapan sport science, Rosan juga menyebut jaminan hidup bisa membuat para atlet bisa berlatih dan bertanding dengan tenang. Maka, dia berterima kasih pada pemerintah, melalui Kemenpora, yang mulai memberikan jaminan hari tua pada para Olimpian.