REPUBLIKA.CO.ID, Laporan langsung wartawan Republika, Agus Raharjo dari Rio de Janeiro
RIO DE JANEIRO -- Kekalahan lifter Indonesia Triyatno dari lawan-lawannya dianggap sangat wajar. Sebab, penampilan lawan Triyatno di kelas 69 kg dinilai luar biasa. Salah satu yang mencolok Triyatno dari lawan-lawannya adalah fisik yang memang kalah besar.
Padahal, berat badan mereka hampir sama. Menurut Ketua PB PABBSI, Rosan Perkasa Roeslani, persoalan ada pada atlet nasional yang masih memiliki kondisi fisik yang kalah dengan atlet dari negara lain. Hal itu disebabkan karena nutrisi yang menjadi asupan bagi atlet belum maksimal.
“Kami juga menyadari itu, makanya sejak saya masuk Oktober lalu, saya ambil dokter nutrisi sebagai ahli nutrisi untuk atlet, dulu tidak ada,” kata Rosan ditemui di Rio de Janeiro, Selasa (9/8) malam waktu setempat.
Menurut Rosan, nutrisi menjadi bagian penting bagi seorang atlet. Dengan nutrisi, dapat memerpanjang kemampuan atlet dan membuat tubuh atlet semakin kuat menghadapi kemungkinan cidera. Hal itu yang akan diterapkan secara rutin pada setiap atlet angkat besi di Indonesia.
Saat penerapan pertama, memang sebagian atlet akan kesulitan, namun, hal itu harus diterapkan agar kedepan fisik atlet Indonesia tidak kalah dengan fisik atlet negera lain.
Rosan mengklaim, penerapan nutrisi makanan yang ketat sudah terlihat dari performa lifter Eko Yuli Irawan dan Sri Wahyuningsih. Dengan nutrisi yang baik, rata-rata performa mereka semakin membaik.
Selain nutrisi, Rosan juga akan mulai mengenalkan kembali sport science. Kondisinya memang hampir sama seperti saat penerapan nutrisi makanan, sebagian atlet memang sedikit kesulitan. “Tapi nutrisi akhirnya diterima, saya juga mau menge-push sport science,” katanya.