REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kota Bandung menyumbangkan sebanyak 40 persen atlet Peparnas untuk kontingen Jawa Barat. Dari total 230 atlet Paralimpik Kota Bandung, yang akan bertanding di ajang olah raga Paralimpik terbesar di Indonesia itu sebanyak 43 atlet.
Menurut Wali Kota Bandung M Ridwan Kamil, atlet Paralimpik Kota Bandung diharapkan akan mendapatkan 45 emas dari 10 cabang olahraga yang diikuti.
“Mewakili 2,4 juta penduduk Kota Bandung saya mengirimkan doa agar para atlet yang akan bertanding di Peparnas selalu bersemangat dan selalu melahirkan prestasi," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil usai melepas kontingen Peparnas XV Kota Bandung di Plaza Balai Kota Bandung, Rabu (12/10).
Emil berharap, ini menjadi momen istimewa nasional. Ia pun berharap, dengan doa dan kerja keras keberhasilan dapat diraih oleh para atlet. Pemerintah Kota Bandung pun, sudah menyiapkan apresiasi bagi para atlet berprestasi. Mekanismenya, akan diatur melalui National Paralympic Committee Indonesia (NPCI).
“Kalau berprestasi ada apresiasi dari Pemerintah Kota Bandung melalui NPCI dalam bentuk dukungan uang kadeudeuh,” katanya.
Emil megatakan, Ia pun berharap agar para atlet Paralimpik Kota Bandung dapat berprestasi dengan menjunjung tinggi sportivitas. Sehingga, kejuaraan ini tidak hanya menghasilkan medali dan meningkatkan prestise melainkan juga bersifat pembinaan jangka panjang dalam menanamkan nilai-nilai sportivitas olahraga.
“Saya berharap agar prestasi olahraga Kota Bandung bisa meningkat dengan cara-cara yang baik, fair, dan bersifat pembinaan jangka panjang,” katanya.
Sementara menurut Ketua NPCI Kota Bandung, Adik Fahrozi, kontingen Peparnas dari Kota Bandung murni merupakan warga asli Kota Bandung, bukan warga asal kota/kabupaten lain yang menjadi atlet perwakilan Kota Bandung. Semua atlet, harus mengedepankan sportivitas.
"Yang penting menang dengan terhormat. Buat apa menang dengan cara-cara yang tidak sportif instan, yang akan menjadi contoh buruk, seolah-olah untuk menjadi juara harus menghalalkan segala cara,” katanya.
Adik menilai, menjadi pemenang atau juara dengan cara yang tidak sportif sama saja dengan menghancurkan nilai-nilai olahraga itu sendiri. Karena sejatinya, sportivitas mengajarkan manusia untuk jujur, saling menghargai, dan bersifat ksatria.
"Tidak usah memaksakan diri mengejar juara tapi dengan cara-cara yang menghancurkan nilai sportivitas olahraga,” katanya.