Sabtu 22 Oct 2016 10:10 WIB
Kisah-Kisah dari Peparnas XV/2016

Pertunjukan Kebesaran Jiwa

Atlet renang gaya dada tuna daksa klasifikasi S6 dari Provinsi Kalimantan Barat Alif berlatih sebelum bertanding dalam perhelatan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) yang diadakan di Kolam Renang Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Kota Bandung,
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Atlet renang gaya dada tuna daksa klasifikasi S6 dari Provinsi Kalimantan Barat Alif berlatih sebelum bertanding dalam perhelatan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) yang diadakan di Kolam Renang Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Kota Bandung,

REPUBLIKA.CO.ID, Sepekan belakangan helatan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV/2016 berlangsung di Bandung, Jawa Barat. Ia tak hanya ajang pertunjukkan seberapa cepat, seberapa kuat, setinggi apa, para atlet yang berlaga di sana bisa menembus batas. Ia juga pameran kebesaran jiwa dan keteguhan hati manusia. Jurnalis Republika, Rahayu Subekti, Lintar Satria Zulfikar, dan Arie Lukihardianti, mencoba menangkap semangat tersebut dari lintasan, arena, lapangan, dan kolam Papernas XV. Berikut kisah-kisah sebagian manusia-manusia luar biasa yang meramaikan gelaran tersebut.

...

Melawan Gelap, Memecah Rekor

Air kolam renang di Gelanggang Olahraga Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung pecah, begitu empat atlet perempuan terjun selepas tembakan penanda dibunyikan. Masing-masing atlet langsung tancap gas menuju seberang kolam.

Sekilas, lomba renang yang dilaksanakan pada Senin (17/10) siang itu terlihat layaknya pertandingan di gelaran perlombaan renang lainnya. Yang bikin berbeda, seluruh atlet yang berlaga kemarin adalah difabel netra. Para atlet sejak lahir atau pada satu titik dalam hidup mereka tak bisa lagi memindai citra dengan indera penglihatan. 

Salah satu yang berlaga dalam lomba kemarin adalah Laras Savitri Permata Sari (23 tahun), perempuan asal Solo, Jawa Tengah. Laras mengenang, dua tahun lalu ia sama sekali tidak bisa berenang.  Mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Surakarta ini awalnya, hanya seorang mahasiswi yang punya impian bisa mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. 

Hidupnya mulai berubah saat salah seorang temannya mengajaknya berlatih renang.  "Dari dasar banget, belajar ngapung dulu. Waktu itu aku benar-benar nggak bisa ngapung," katanya saat ditemui Republika di Gelora UPI Bandung, kemarin. Tak seperti pelajaran berenang buat mereka yang dikaruniai penglihatan, proses yang dijalani Laras perlahan dan sangat teratur. 

Awalnya, Laras belajar berjalan lurus dengan tubuh yang separuhnya terendam air. Setelah kakinya kuat untuk bergerak dalam air sejauh 25 meter, ia baru mulai belajar cara mengayunkan kaki untuk berenang. Selama beberapa bulan hanya ia habiskan untuk belajar berjalan dan mengayunkan kaki di dalam air. Setelah kakinya cukup kuat, Laras kemudian belajar cara mengayunkan tangan di atas air.

Latihan itu juga ia jalani selama beberapa bulan sebelum akhirnya belajar cara mengatur napas saat berenang. Setelah semua kemampuan itu lengkap, baru ia belajar cara menggerakkan seluruh tubuhnya di dalam air secara berkelanjutan dan konsisten. Hal ini penting agar ia tak keluar jalur saat berenang.

Tahap selanjutnya, ia mulai belajar teknik-teknik berenang cepat untuk tujuan perlombaan. Mula-mula, ia mempelajari teknik mengambil napas.Laras kemudian belajar berada di dalam air dan mengira-ngira kedalaman. Dengan begitu, ia tahu berapa kedalaman yang harus ia capai saat terjun. 

Dalam perlombaan renang paralimpik, kedalaman pada terjunan pertama ini tergolong krusial. Terlalu dalam terjun atau terlalu mendekati permukaan bisa berujung pada kekalahan.

Untuk mengetahui berapa jauh lintasan renang Laras juga belajar menghitung jumlah ayunan. Untuk lintasan 100 meter, menurut gaya berenang Laras, biasanya dicapai setelah 85 kayuhan. 

Ini juga penting dalam perlombaan renang karena teknik dan pemilihan momentum untuk berbalik, turut menjadi kunci kemenangan. Karena tak ada penanda yang kasat mata, para atlet difabel netra ini mesti pintar-pintar menghitung kayuhan.

Hasil latihan berbulan-bulan Laras mulai terlihat saat tampil gemilang di ajang Kejurnas NPC Indonesia 2015 di Solo. Ia memperoleh juara dalam ajang itu. Kemudian ia dilirik Kalimantan Timur untuk mewakili daerah tersebut dalam Peparnas XV/2016 di Jawa Barat. 

Pertandingan perebutan medali gaya dada 50 meter putri yang ia jalani kemarin, juga menandai aksi perdananya dalam helatan nasional tersebut. Sejak awal pertandingan kemarin, Laras sudah sedikit memimpin dibandingkan perenang lainnya. 

Perkiraannya soal kedalaman terjun memberikan keunggulan pada awal perlombaan. Laras mengambil momentum meninggalkan lawan-lawannya lebih jauh pada separuh jarak menuju garis akhir. 

Tak ada yang berubah dari raut wajah Laras saat tangannya selesai menyentuh kembali garis akhir lebih dulu dibandingkan peserta lainnya. Gurat kelegaan baru mulai tampak saat ofisial pendamping mendekatinya dan memberitahukan hasil perlombaan.

Waktu yang dicatatkan Laras kemarin adalah 58 detik. Tak hanya memperoleh medali emas, ia juga mematahkan rekor nasional paralimpik gaya dada putri 50 meter sebelumnya, dengan catatan waktu 1 menit 4 detik oleh atlet Palembang Novita Sari pada Peparnas XIV di Riau 2012 lalu.

"Senang banget nggak nyangka malah," kata Laras selepas pertandingan. Bagaimanapun, ia tak hendak terlalu cepat berpuas diri. Pada Selasa (18/10) ini, ia akan kembali berusaha memecahkan rekor di gaya bebas 100 meter. Pada nomor tersebut, ia juga menargetkan emas yang ia persembahkan untuk ibu dan keluarganya di Solo.

Pasca-Peparnas XV, Laras berencana untuk melanjutkan kuliahnya yang sempat terhenti karena persiapan berbagai kompetisi. "Mau nyelesain skripsi, tentang pola belajar tunanetra belajar speaking (berbicara) bahasa Inggris. Penelitiannya di SMA 8 Surakarta," kata mahasiswi jurusan pendidikan bahasa Inggris ini.

Meski begitu, Laras menyatakan kesiapannya jika nanti dipanggil mewakili bangsa pada ASEAN Paragames tahun depan. Apa pun hasilnya, ia menambahkan, akan sangat membanggakan bila mampu membawa nama negara di pentas internasional. "Sekarang mau nerusin kuliah dulu kalau dipanggil training lagi," katanya. n

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement