REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf khusus Menpora Taufik Hidayat menyoroti konflik dualisme Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PP PTMSI). Legenda bulu tangkis Indonesia ini mengatakan konflik kepengurusan ini merugikan atlet.
Ia mengaku memahami kondisi yang terjadi karena cabang olahraga tenis meja berada di bawah pengawasannya saat masih bertugas di Satlak Prima. Kepengurusan Ugroseno diakui oleh KOI, sementara kubu Lukman Edy direstui KONI.
"Satu-satunya cara untuk membantu atlet adalah seleksi semuanya dari dua kepengurusan tersebut dan dipantau. Sehingga Satlak Prima bisa mengirimkan atlet yang tepat," kata dia dalam acara ramah tamah dengan wartawan, Jumat (11/11).
Ia meminta seluruh pengurus legowo. Sebab jika mementingkan ego, kata dia, atlet yang menjadi korban. Ia memperingatkan kepada kedua kepengurusan PTMSI tersebut konsekuensi tidak dikirimkannya atlet tenis meja ke SEA Games 2017. Sebab Satlak Prima tidak bisa mengukur atlet yang siap menyumbangkan medali.
"Prestasi tenis meja kan sedang menurun. Ke depan saya enggak mau atlet jadi rugi. Kedua belah pihak duduk bareng agar masalah bisa diselesaikan," kata dia menegaskan.
Ia mengingatkan, paling telat januari SK Pelatnas sudah masuk di Satlak Prima. Jika sampai awal tahun depan konflik masih berlangsung Taufik mengancam tidak akan mengeluarkan SK.
"Dalam waktu dekat saya ingin bertemu dengan kedua belah pihak. Biar atlet fokus latihan saja," kata dia.