REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Pada hari keempat pelaksaanaan pertandingan ASEAN Schools Games (ASG) 2017 di Singapura, Selasa (18/7), Kontingen Indonesia menambah lima medali perak dari cabang olahraga atletik.
Kelima medali perak yang didapatkan dari laga yang digelar di Stadion Bishan, Singapura itu, disumbangkan oleh Safrina Ayu dari nomor 100 meter lari gawang putri, Maesaroh dari lompat jangkit putri, Nani Dwi dari 2.000 meter lari halang rintang putri, Hendri Marlyondia dari 2.000 meter halang rintang putri dan tim estafet putra 4x400 meter.
Safrina, dengan catatan waktu berlari 14,63 detik, berhasil melewati rekor ASG 2017 nomor 100 meter lari gawang yaitu 14,76 detik.
Selain dia, Hendri juga sukses mempertajam rekor nasional remaja 2.000 meter halang rintang yakni dari enam menit 16,17 detik menjadi enam menit 7,00 detik.
Dengan demikian, dari cabang olahraga atletik yang dilombakan sejak Sabtu (15/7) sampai berakhir Selasa (18/7), Indonesia mengumpulkan satu emas, 11 perak dan lima perunggu. Jumlah ini jauh lebih sedikit dari target Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yaitu 10 medali emas.
Pelatih atletik Indonesia yang juga mantan pelari nasional Suryo Agung Wibowo menyebut ada beberapa penyebab anak-anak asuhnya gagal menunaikan target. Pertama, kata Suryo, adalah terkait atlet-atlet yang diturunkan berlaga di ASG 2017.
"Negara seperti Thailand memaksimalkan batas tahun kelahiran peserta yaitu 1999, sementara Indonesia menurunkan atlet dengan tahun kelahiran 2000-2002 demi mempersiapkan mereka ke ajang ASG berikutnya dan pada 2019 di mana ASG akan digelar di Indonesia," tutur dia.
Kedua, lanjut Suryo, yaitu minimnya pengalaman atlet-atlet Indonesia mengikuti kompetisi internasional. "Banyak dari mereka yang baru pertama kali ke luar negari," ujar pria yang pernah tampil di Olimpiade Beijing 2008 ini.
Dan terakhir, Indonesia memang belum bisa mendobrak dominasi cabang olahraga atletik negara-negara ASEAN seperti Thailand dan Vietnam.
"Sebenarnya jarak kemampuan atlet tidak terlalu jauh, tetapi kita belum bisa mendobrak dominasi mereka. Di sinilah perlu program berkelanjutan bagaimana menjaga dan mengembangkan kemampuan atlet-atlet pelajar Indonesia ini agar kelak mereka bisa menjadi andalan Tanah Air pada turnamen-turnamen internasional seperti SEA Games dalam waktu lima sampai enam tahun ke depan," kata Suryo.