REPUBLIKA.CO.ID, IOWA -- Remaja Muslim di Minnesota, Amerika Serikat (AS), Amaiya Zafar, bermimpi bisa bertanding di atas ring tinju pada Olimpiade 2020 di Tokyo. Zafar yang mengenakan jilbab akhirnya melakoni debut di atas ring tinju beberapa bulan lalu.
Kini, remaja berusia 17 tahun itu memasang target lebih tinggi. Dia berharap bisa bertanding di Olimpiade, yang berarti Asosiasi Tinju Internasional perlu memberi izin bagi petinju mengenakan jilbab.
"Jika kami bisa mengubah aturan itu maka saya bisa bertanding di Olimpiade," kata dia dilansir dari Start Tribune, Ahad (23/5).
Zafar melakoni pertandingan keduanya di lowa, AS, akhir Mei lalu. Kala itu, dia merasa santai, percaya diri sebagai seorang remaja yang tampak senang bisa berkompetisi dalam olahraga yang dicintainya.
Dia memenangkan pertarungan tiga ronde tersebut, memperbaiki rekor karirnya menjadi 1-1. "Pada pertarungan kedua, saya bisa menunjukkan kemampuan saya dengan lebih baik," kata Zafar.
Zafar mengalami kekalahan pada pertarungan debutnya. Kala itu, pertarungan debutnya memang menyedot perhatian banyak orang. Sekumpulan media berita dan pendukung berteriak sangat keras sehingga Zafar tidak dapat mendengar instruksi dari pelatihnya.
Zafar menjadi perhatian karena memenangkan perselisihan selama dua tahun dengan Badan Tinju AS dan membuat sejarah dengan menjadi petinju pertama yang mengenakan jilbab, lengan panjang, dan legging di atas ring.
Kendati mengalami kekalahan pada laga debut itu, Zafar mencetak kemenangan lebih besar. Dia membuka pintu bagi Muslim lainnya di Amerika Serikat untuk bertanding tanpa harus mengecualikan ajaran agama.
Zafar dan petinju lain tidak perlu mengkhawatirkan sanksi saat mengikuti kejuaran tinju nasional. Ia tidak lagi harus memilih antara agama atau hobinya. “Dua hal yang tidak pernah terlintas di kepala saya: berhenti bertinju dan melepaskan jilbab," kata dia.
Menurut Zafar, ia mencintai tinju dan jilbab. Keduanya merupakan bagian dari dirinya. Karena itu, ia tidak berniat melepaskan tinju dan jilbab demi apapun.
Ia pun bercerita ketika pertama kali berkenalan dengan tinju. Kala itu, ia berusia 13 tahun dan ayahnya, Mohammad, menyarankan agar dia menjadi atlat anggar. Namun, Zafar menolaknya. “Saya lebih suka terkena tinju di wajah saya dibandingkan bermain anggar," kata dia.
Zafar juga tidak tertarik dengan olahraga lain dan dia sangat buruk dengan olahraga yang menggunakan bola. Dia menyadari dia bisa melayangkan pukulan dengan tangan kosong.
Zafar pun menyadari dia menyukai tinju ketika mendatangi tempat latihan tinju dan tidak ingin pergi. “Saya merasa, ini dia. Saya melakukan latihan dan berpikir: ini dia yang ingin saya lakukan sepanjang hidup saya," kata dia.