REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pelatih Bulutangkis tunggal putri Indonesia Minarti Timur mengakui harus ada pembenahan pada sisi mental atlet tunggal putri. Dia menuturkan atlet tunggal putri harus bisa meningkatkan keberanian di lapangan untuk menghadapi lawan-lawannya.
Dia mengatakan pemain Indonesia dinilai masih kurang berani saat tampil di lapangan. Selain itu, kecepatan dalam beradaptasi juga masih perlu ditingkatkan, agar mereka tak mudah tertekan oleh lawan.
“Mental mereka saat ini kurang berani mencoba. Kalau setelah dicoba terus nggak bisa, sebenarnya tidak apa-apa, tapi yang penting mereka harus berani buat mencoba,” kata Minarti seperti dikutip dari rilis yang diterima Republika, Sabtu (23/9).
Tunggal putri Indonesia meraih hasil buruk pada Japan Open Super Series 2017. Perjalanan atlet tunggal putri sudah lebih dulu harus terhenti, setelah dua wakil Pelatnas PBSI, Fitriani dan Gregoria Mariska Tunjung kalah di babak awal.
Fitriani kalah di babak pertama dari pebulu tangkis Thailand Ratchanok Intanon, 20-22 dan 12-21. Sementara Gregoria kalah di babak pertama kualifikasi, dari Pai Yu Po asal Taiwan, 17-21, 21-17 dan 19-21.
Secara teknik, Minarti mengatakan, tunggal putri Indonesia tidak kalah. Dia pun membandingkan dengan kualitas pemain Jepang selaku tuan rumah. Dia menerangkan atlet Indonesia sebenarnya masih lebih unggul dibandingkan pemain Jepang.
“Pemain Jepang mana sih yang bagus tekniknya, hampir nggak ada. Nggak seberapa bagus. Beda dengan kita yang punya banyak variasi,” kata dia.
Namun, tunggal putri Indonesia masih kurang ngotot dan berani ketika bertanding di lapangan. “Memang pasti tegang. Tapi di waktu tegangnya itu, nggak mau kalahnya itu ada. Pantang menyerahnya ada,” ujar Minarti.
Melihat hasil pertandingan anak didiknya, Minarti pun bersiap untuk memberikan sejumlah program demi meningkatkan kualitas pemain tunggal putri Indonesia. Namun, hal yang penting diubah dalam program tersebut yakni mental bertanding dan pola pikir.
“Pemain kita masih harus melengkapi semua hal, dari segi mental, mindset mereka dan cara main harus seperti apa itu mereka harus tahu. Mereka tidak bisa hanya mengandalkan satu cara main yang sama. Jadi mungkin harus ada dua atau tiga pola yang mereka kuasai untuk bisa mengatasi lawan yang berbeda-beda,” tambah peraih medali perak Olimpiade Sydney 2000 tersebut.
Tunggal putri Indonesia juga harus berani bertarung pada level super series kendati persaingannya sangat berat. Sebab, dia mengatakan, pemain-pemain yang dijumpai di turnamen super series akan dihadapi ketika mereka tampil pada Uber Cup.
“Lawannya kan ya yang di sini ini. Mereka nggak bisa nanti tiba-tiba kaget kalau harus ketemu lawan. Jadi mau nggak mau memang mereka mencoba di level super series ini. Cuma untuk menang memang masih agak berat. Paling nggak mereka bisa memberi perlawanan,” kata Minarti.