REPUBLIKA.CO.ID, JAKATRTA — Pengelola kompleks olahraga Gelora Bung Karno memperkirakan venue Asian Games 2018 Stadion untuk cabang-cabang olahraga Akuatik (Aquatic Stadium) membutuhkan biaya perawatan sekitar Rp 10 miliar setiap tahunnya untuk empat kolam yang ada.
"Kami membutuhkan dana sekitar Rp 10 miliar per tahun karena memang saat ini mengurus sarana olahraga itu memang mahal, terlebih yang berstandar internasional seperti ini, setiap meter itu ada biayanya untuk perawatan," kata Direktur Pembangunan dan Pengembangan Usaha Pusat Pengelolaan Kompleks GBK Gatot Tetuko di Stadion Akuatik, kompleks GBK, Jakarta, Senin (5/12).
Dana tersebut, lanjut Gatot, salah satunya untuk operasionalisasi mesin sirkulasi air yang berguna menjernihkan, mengatur kadar racun, menjaga persentase kaporit dan lainnya yang dijalankan secara otomatis melalui sistem komputerisasi.
"Standar perawatannya, betul-betul kami pastikan sesuai dengan standar internasional. Ini juga menjadi alasan mengapa dulu arena renang itu jelek karena tidak ada biaya untuk membeli mesin, sirkulasi air yang berkurang karena penguapan dan beli bahan kimianya, semua mahal," ujar Gatot.
Sumber dana untuk perawatan tersebut, lanjut Gatot, berasal sepenuhnya dari anggaran yang didapatkan oleh pihak pengelola dari badan-badan usaha yang dimiliki mereka, seperti Senayan City dan Plaza Senayan, termasuk penyewaan venue itu sendiri.
Karena itu, pihak pengelola menargetkan stadion akuatik yang baru diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo beberapa hari yang lalu bisa dibuka untuk umum mulai Februari 2018 sebelum Asian Games 2018.
"Kalau sudah stabil semua, seperti pintu, kebersihan sudah, loker, dan toilet sudah bagus, saya pikir paling lambat bulan Februari sudah bisa mulai dibuka untuk umum. Jadi, memang sebelum Asian Games, kami usahakan sudah bisa, tujuannya untuk melihat apa yang mungkin kurang dari venue ini," ujar Gatot.
Stadion akuatik akan dibuka untuk para pemain pelatnas secara cuma-cuma, klub renang, dan umum yang akan dikenai tarif penggunaan yang berbeda untuk membantu biaya perawatan. Tarif itu, Gatot menerangkan, akan lebih murah daripada fasilitas olahraga akuatik lainnya yang setara.
"Kami tegaskan untuk kolam seperti ini kami pasti di bawah pasaran karena fasilitas ini kan milik negara. Saya sudah punya bayangan berapa tarifnya. Akan tetapi, saya belum bisa pastikan," tutur Gatot.
Stadion Akuatik GBK akan menggelar turnamen perdananya mulai 5 Desember hingga 15 Desember mendatang melalui kejuaraan internasional bertajuk CIMB Niaga Indonesia Open Aquatic Championship 2017 yang diikuti oleh tujuh negara asing Malaysia, Vietnam, Filipina, Thailand, India, Korea Selatan, dan Singapura.
Turnamen ini akan memainkan empat cabang olahraga yakni loncat indah, renang artistik, renang prestasi, dan polo air, serta satu event renang masters pada 9 Desember. Turnamen ini digunakan oleh PRSI sebagai ajang seleksi pemain Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) Asian Games 2018 dan pemantauan atlet muda yang dipersiapkan untuk turun dalan ajang SEA Games 2019.
Kriteria atlet yang akan direkrut oleh PB PRSI untuk mengisi skuat pelatnas adalah mereka yang masuk jajaran delapan besar Asia yang diharapkan oleh Federasi para pemain yang masuk final di ajang ini memenuhi kualitas tersebut.
"Tujuan besar kami sebenarnya adalah untuk menyaring talenta untuk pelapis pemain pelatnas saat ini yang mampu menggantikan mereka ke depannya karena setelah Asian Games 2018 ada SEA Games 2019 dan kalender akan makin sibuk ke depannya," kata Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PRSI Wisnu Wardana di lokasi yang sama.
"Kami di PRSI mengharapkan di ajang ini muncul talenta-talenta yang kami cari," kata Wisnu yang juga merupakan ketua panitia pelaksana test event ini.