Kamis 14 Dec 2017 15:41 WIB

Indonesia Kekurangan Kejuaraan Tinju Amatir

Petinju Indonesia Daud Yordan mengangkat sabuk juara tinju WBO Asia-Pacific dan Afrika.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Petinju Indonesia Daud Yordan mengangkat sabuk juara tinju WBO Asia-Pacific dan Afrika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Legenda tinju nasional Syamsul Anwar Harahap menyebut Indonesia masa kini kekurangan kejuaraan tinju amatir. Inilah, menurut Syamsul, menjadi alasan petinju profesional Indonesia sulit juara dunia seperti Ellyas Pical, Chris John dan Daud Yordan.

"Ellyas Pical, Chris John dan Daud Yordan bisa menjadi juara dunia karena sebelum melangkah ke profesional mereka bertanding rutin di kejuaraan tinju amatir," ujar Syamsul di Jakarta, Kamis (14/12).

Dia menyebut ketika Ellyas Pical mulai merintis karier sebagai petinju di media 1970-1980-an, di Indonesia ada sekitar 25 turnamen amatir setiap tahun yang digelar di provinsi maupun tingkat nasional.

"Kalau, katakanlah, ikut saja 15 turnamen maka setiap bulan petinju selalu bertanding. Misalnya terus melaju hingga final dia bisa bertanding sedikitnya 30 kali dan ini sangat baik mengasah naluri bertinju," kata Syamsul.

Pria yang menjadi juara tinju Asia tahun 1977 ini mengatakan seorang petinju memiliki jam terbang minimal 100 pertandingan amatir untuk menjadi petinju yang profesional kompetitif.

Namun, keadaan saat ini menurutnya berbeda. Jumlah kompetisi tinju amatir di Indonesia baik di tingkat provinsi maupun nasional sudah sangat sedikit, bahkan kata dia, bisa dihitung dengan jari.

"Begini, untuk menjadi juara Olimpiade sedikitnya harus melalui 200 pertandingan amatir. Sekarang, kalau petinju cuma bertanding di dua turnamen setiap tahun, atau katakanlah 10 turnamen, naluri berkelahinya jadi tidak bagus," tutur Syamsul yang dalam kariernya pernah menduduki peringkat 16 besar kejuaraan tinju amatir dunia tahun 1978 yang digelar di Yugoslavia.

Syamsul berharap pemerintah maupun federasi tinju memperhatikan frekuensi kejuaraan amatir tersebut karena dia menegaskan bahwa para petinju terbaik dunia lahir dari tinju amatir.

Jika di Indonesia ada sosok layaknya penyandang super champion WBA Chris John dan juara dunia IBO Daud Yordan, di luar negeri ada nama seperti Gennady Golovkin yang melewati lebih dari 300 laga amatir sebelum menjadi juara dunia WBA, WBC, IBF dan IBO.

"Kenapa yang terbaik dihasilkan dari tinju amatir? Karena di amatir, kalau ada kesalahan sekecil apapun seperti teknik memukul tidak benar pasti diperingatkan atau pertandingan dihentikan. Contohnya memukul dengan teknik pukul seperti menampar itu pasti diperingatkan, karena harus pukulan benar tekniknya, dengan buku-buku jari," tutur Syamsul. 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement