REPUBLIKA.CO.ID, GHUANGZHOU--Republika Online pekan ini menuliskan banyaknya atlet berjilbab yang turut meramaikan beberapa cabang olahraga di area Asia Games 2010. Selain itu, pesta olahraga se-Asia ini juga bertabur atlet kembar.
Pelatih bola basket Jepang, Thomas Wisman, menjadi "korban" dalam hal ini. Ia mengalami masalah karena susah membedakan pemain kembar Joji dan Kosuke Takeuchi. "Saya selalu mengamati siapa memakai sepatu yang mana dan saya tanamkan dalam pikiran saya siapa-siapa mereka ketika sedang bertanding," kata Wisman tentang dilema yang dihadapinya.
Namun ada keunikan keduanya dibanding yang lain. "Mereka pemain tertinggi dalam tim dan saya suka menurunkan mereka bersama," kata Wisman tentang putera Takeuchi yang dikenal dengan julukan Menara Kembar (Twin Towers).
Tetapi pelatih hoki Hong Kong Sarjit Singh menyatakan menyukai masalah atlet mirip itu. Dalam tim hoki putera Hong Kong masalahnya lebih mengesankan, karena kapten tim Ali Akbar yang tampil di Guangzhou disertai keluarnya, Ashgar, Asif dan Arif. "Kami semua bermain hoki karena banyak keluarga dan teman yang menyukai cabang olahraga ini," kata Akbar.
Pelatih Sarjit menambahkan, "Rasanya amat hebat memiliki empat anggota keluar dalam satu tim. Mereka sudah lama bermain dan amat menolong keutuhan penampilan tim. "Salah satu taktik kami adalah Akbar Ali sebagai pemukul pojok, disambut Ashgar Ali dan meneruskannya kepada Arif Ali sebagai tukang pencetak gol," katanya.
Ada beberapa saudara kandung yang tampil dalam persaingan cabang berkuda, salah satunya dari keluarga kerajaan. Uni Emirat Arab menurunkan Sheikha Latifa Al Maktoum dari keluarga raja Dubai yang meraih medali perak dalam nomor "jumping" perorangan, yang bersaing dengan saudra mudanya Sheikh Rashid.
Kakak adiknya itu sebelumnya meraih medali perak setelah Arab Saudi di nomor yang sama untuk kategori tim. Sheikha Latiga yang berusia 25 tahun, peraih medali perunggu dalam Asian Games Doha 2006, mengatakan ia memiliki kuda "tak terhitung banyaknya", yang dibelinya dan adiknya di berbagai belahan dunia.
"Dimana pun ada kuda bagus, kami lalu bergegas dan membelinya," kata Sheikh Rashid yang berusia 19 tahun. Seperti halnya keluarga Al Maktoums, ada juga keluarga lain yang bertanding di lapangan berkuda Conghua.
Taiwan menurunkan atlet puteri saudara kembar Chen Shao-man dan Chen Shao-chiao. Chen Shao-man, yang lebih muda lima menit, meraih medali perak dalam nomor perorangan pada event 2006. Mereka berlatih di Jerman hampir setahun dan sekolah di Amerika Serikat dan London. "Kami mengendarai kuda karena hobi dan itu merupakan bagian dari hidup kami," kata Chen Shao-man.