REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pelatih Pelita Jaya Energi Mega Persada, Antonius Ferry Rinaldo menyesalkan kegagalan timnya memastikan tiket grand final IndiHome NBL Indonesia lebih cepat. Pelita harus melakoni laga kedua semifinal melawan CLS Knights, Jumat (8/5) petang ini setelah sehari sebelumnya kalah dari lawan yang sama 56-61.
Dengan sistem eliminasi ganda yang digunakan pada babak championship series NBL, tim yang baru sekali kalah masih diberikan kesempatan kedua. Selama championship series, Pelita Jaya baru sekali kalah, begitu pula CLS. Andai menang pada laga yang berlangsung di Hal Basket Senayan, Kamis (7/5), Pelita akan langsung beralag di partai puncak berhadapan dengan Satria Muda Britama.
Inal, sapaannya, menilai para pemainnya tampil kurang lepas. Dengan keunggulan skill, pengalaman, dan bench yang lebih dalam, di atas kertas Pelita Jaya seharusnya bisa mengambil laga ini.
"Kami kalah dalam pergerakan bola. Alur bola CLS lebih bagus. Sebaliknya penyerangan kami terlalu terburu-buru. Harusnya bola misalnya masih bisa dioper keluar, tapi langsung dieksekusi. Kami juga telat panas," kata Inal.
Namun dia tak mau berlama-lama menyesali kegagalan anak-anak asuhnya. Inal mengatakan kekalahan itu menjadi pelajaran bagi timnya untuk pertandingan hidup mati petang nanti.
"Tak mengapa. Yang penting besok (hari ini). Laga do or die ini harus kami ambil," tegasnya.
Mantan point guard timnas basket Indonesia ini mengaatakan tak ada masalah dengan kondisi fisik para pemainnya. Meskipun usia rata-rata pemain Pelita Jaya lebih tua dibandingkan CLS, ia merasa timnya siap tempur. Apalagi, kata dia, program latihan memang dirancang agar para pemainnya siap bermain dengan jadwal padat.