Senin 11 May 2015 12:19 WIB

'Pembalasan' Manis Erick Sebayang, Juara NBL Kalahkan Mantan Klub

Erick Christopher Sebayang
Foto: Instagram Satria Muda Britama
Erick Christopher Sebayang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kebahagiaan terpancar jelas dari wajah Erick Christopher Sebayang. Point guard Satria Muda (SM) Britama itu tak henti-henti mengumbar tawa setelah berhasil membawa timnya meraih gelar juara kompetisi basket NBL Indonesia musim 2014-2015 dengan mengalahkan Pelita Jaya Energi Mega Persada 62-54 di Hal Basket Senayan, Ahad (10/5).

Semakin manis karena kemenangan diraih atas tim yang pernah dibelanya selama delapan tahun. Sejak awal kariernya pada 2005, Erick--yang sempat terdaftar di tim SM junior--setia kepada tim Kalila dan yang kemudian berubah nama menjadi Pelita Jaya.

Namun masa bakti Erick berakhir pada 2013. Pelita Jaya tak memperpanjang kontraknya. Padahal ia baru saja mengantarkan Pelita sampai ke final NBL musim 2012-2013 meski akhirnya takluk di tangan Aspac.

Manajemen SM menangkap peluang ini dengan menarik Erick yang berstatus free agent untuk menjadi back-up bagi point guard Faisal J Achmad. Erick pun bertekad menuntaskan ambisinya menjadi juara dengan tim barunya. Pemain yang akan berulang tahun ke-32 pada Juli ini ingin membuktikan Pelita telah membuat keputusan keliru.

Musim pertama bersama SM, Erick sudah mencapai final. Sayang, ambisi juara pupus karena SM dikalahkan Aspac di final. Kesempatan datang setahun berikutnya. Final kali ini berbeda karena menit bermain Erick semakin banyak dan ia harus menghadapi mantan timnya.

Pepatah revange best served cold pas menggambarkannya. Erick berhasil membuktikan Pelita keliru mendepaknya. Ia menjadi salah satu kunci SM meraih mahkota ketiga di era NBL sekaligus kesembilan sepanjang kiprah di bola basket nasional. 

"Rasanya lega banget, asli! Melawan mantan klub seperti ini. Plong. Setelah sekian tahun nggak pernah juara sekarang juaranya rasanya luar biasa," ungkap Erick.

Ia mengaku sulit tidur pada malam sebelum final. Pikiran negatif sempat menghantui pikirannya. Akan tetapi semua berhasil dibuang jauh-jauh. Sebab, kata dia, tim pelatih menggelar sesi curhat untuk mengeluarkan unek-unek seluruh pemain. Setelah sesi curhat ini, kata Erick, para pemain jadi lebih tenang karena tahu beban berat untuk juara itu ditanggung bersama.

"Yang kami butuhkan main basket dengan fun, enjoy. Main basket harus dengan enjoy,"  tegasnya.

Penantian sepuluh tahun berakhir manis. Selamat menikmati gelar juara, Erick!

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement