REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arki Dikania Wisnu, pemain terbaik Indonesian Basketball League (IBL) Pertalite musim lalu, dideklarasikan sebagai pemain termahal IBL 2017/2018. Deklarasi ini mencuat usai ia memperpanjang kontrak dengan tim Satria Muda (SM) Pertamina selama empat tahun ke depan.
Meski tidak disebut berapa jumlah gaji yang diterima Arki, namun bisa dipastikan jumlahnya di atas batas maksimal pemain asing yang tampil di IBL 2017/2018, yakni 3.000 dollar AS atau sekitar Rp 40 juta per bulan.
Manajer Arki Dikania Wisnu yang juga sepupu Arki Ridi Djajakusuma kepada wartawan menyatakan, bayaran yang diterima Arki untuk kembali memperkuat SM Pertamina adalah yang termahal dibandingkan pemain lainnya, termasuk pemain asing yang akan berlaga di IBL nanti.
"Sebenarnya, Arki mendapat tawaran yang lebih besar dari klub selain SM Pertamina, ternyata sepupu saya ini lebih memilih bertahan bersama klub yang dibelanya sejak 2011 lalu. Namun begitu saya pastikan bayaran yang diterima Arki dari SM Pertamina adalah yang paling besar dibandingkan pemain lainnya," ujar Ridi akhir pekan lalu.
Ridi mengungkapkan, kerja keras yang selama ini dilakukan Arki telah membuahkan hasil dan hal itu juga tak lepas dari keberadaannya sebagai manajer. Selain faktor pemain yang harus memiliki skill idan visi bermain yang bagus, peran manajer juga penting dalam mengontrol pemain. "Pemain sudah terlalu sibuk dengan latihan sehingga peran manajer sangat penting untuk melakukan negosiasi ataupun tawar-menawar kontrak pemain."
Dengan label sebagai pemain termahal di IBL 2017/2018 Arki mengaku senang dan bangga. "Tentu senang dihargai seperti ini. Tetapi pemain basket memang layak juga dibayar mahal, jangan hanya pemain sepak bola yang mendapat bayaran mahal. Padahal, secara prestasi tim nasional basket lebih bagus dari sepak bola," ujarnya.
Arki juga membandingkan dengan artis yang mendapatkan bayaran mahal. "Artis di sini juga bayarannya tinggi, padahal kami sebagai pebasket juga mampu menarik penonton. Jika dalam suatu acara ada bintang tamu pebasket, akan mampu mengundang penonton. Tapi, sayang pebasket kita masih belum berani atau tepatnya tidak enak untuk pasang harga. Ini juga akibat pebasket di sini tidak punya manajer," jelasnya.
Direktur IBL Hasan Gozali ketika dihubungi Republika.co.id, Rabu (25/10) sore menyatakan, dengan adanya pemain lokal yang dibayar lebih tinggi dari pemain asing justru bagus bagi industri basket di Tanah Air. "Ini akan sangat bagus, jadi memotivasi pemain lainnya untuk bisa selalu tampil baik sehingga pantas mendapat bayaran tinggi," ujarnya.
Pemain lokal, lanjut Hasan, juga harus memiliki target untuk mencapai hasil yang terbaik. Jika melihat penampilan selama ini, baik saat memperkuat SM Pertamina maupun tim nasional, kata dia, maka Arki layak dihargai tinggi. "Apalagi tahun lalu Arki juga merupakan pemain terbaik IBL. Kami ingin seperti di Filipina di mana pebasket lokalnya tahun 2007 lalu ada yang dibayar 2 juta dolar AS per tahun," ungkapnya.
Menurut Hasan, IBL tidak mengatur berapa gaji maksimal yang diterima oleh seorang pemain. "Tidak ada batasan berapa jumlah gaji per orangan, di liga lain juga sepertinya tidak ada aturan. Yang diatur adalah batas gaji maksimal satu tim, tapi ini juga belum diterapkan di IBL."