REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora) Gatot S Dewabroto merespons. positif pengungkapkan kasus pengaturan skor pertandingan (match fixing) pada ajang Indonesian Basketball League (2017). dia mengatakan perlu keberanian dan juga kerja keras untuk dapat mengungkap kasus ini.
“Saya dukung keberanian Perbasi dalam mengugkap kasus ini. Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) harus hati-hati, kemungkinan juga terjadi dalam liga sepakbola. PSSI harus belajar dari Perbasi yang beranimengungkap hal ini,” kata Gatot, Sabtu (25/11).
Bukan tanpa alasan kalau Sesmenpora Gatot S Dewabroto mengingatkan PSSI agar hati-hati. Sepak bola adalah cabang paling populer dan memiliki kompetisi yang cukup banyak, serta rentan disusupi perjudian.
Pengaturan skor pertandingan di cabang sepakbola sesungguhnya lebih banyak diperbincangkan. Kendati demikian, sejauh ini hal tersebut tidak pernah dapat dibuktikan. Bahkan, tanpa diduga-duga sebelumnya, cabang bola basket yang selama ini adem ayem dikejutkan dengan pemberian sanksi dari Perbasi.
Surat bernomor 508/XI/PP/2017 tersebut menghukum delapan pemain dan satu ofisial tim Siliwangi Bandung. Hukuman yang dijatuhkan pun bervariasi mulai dua hingga lima tahun tergantung peran mereka.
Tidak sampai di situ. Sehari setelah sanksi dari Perbasi, Indonesian Basketball League (IBL) kemudian mengeluarkan sanksi. Bahkan sanksi yang dikeluarkan IBL lebih keras, yakni seumur hidup pelaku match fixing tersebut tidak boleh lagi terlibat dalam ajang IBL.
Ketua umum KOI Erick Thohir juga menyatakan dukungan atas keputusan Perbasi. KOI akan mendorong setiap kompetisi olahragadi Indonesia berangsung secara proseional, transparan dan bersih.