REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Tim dari Jepang, Cina, Korea Selatan dan Indonesia, Selasa (31/7) lalu, berusaha untuk menghindari kemenangan dalam pertandingan di Olimpiade. Namun hanya Jepang yang berhasil lolos dari sorotan.
Padahal hari itu, pelatih tim sepak bola wanita Jepang Norio Sasaki menerjunkan skuad yang lebih lemah saat melawan Afrika Selatan. Ia juga menjalankan strategi, untuk membuat Jepang bermain dengan hasil imbang saat itu. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari pertandingan panjang, serta menghindar bertemu lawan yang lebih berat.
"Itu instruksi pelatih, jika kita ingin tetap bertahan di Olimpiade. Jadi sulit untuk bermain, tapi saya mengerti idenya adalah sesuatu yang perlu kita lakukan untuk mendapatkan medali," kata salah satu atlet sepak bola Jepang Azusa Iwashimizu.
Sama halnya dengan rencana Sasaki, empat pasang pemain bulutangkis dari Cina, Korea Selatan dan Indonesia juga ingin memperluas kesempatan mereka di Olimpiade. Namun sayangnya, mereka malah dilempar keluar dari pertandingan. Ini merupakan 'pengusiran' yang langka terjadi dalam sebuah permainan.
Keempat pasangan pemain tersebut adalah, juara dunia dan unggulan utama, Yu Yang (26 tahun) dan Wang Xiaoli (23 tahun) dari Cina. Kemudian pasangan Jung Kyung Eun (22 tahun) dan Kim Ha Na (22 tahun) dari Korea Selatan.
Mereka mendapat peringatan dari wasit karena tampak sengaja melanyangkan kok ke net. Pasangan Korea Selatan lain Ha Jung Eun (25 tahun) dan Kim Min Jung (26 tahun), serta pasangan Indonesia Meiliana Jauhari dan Greysia Polii (24 tahun) juga didiskualifikasi dari pertandingan.
"Semua orang harus menampilkan permainan terbaik dalam setiap pertandingan," kata Sekertaris Umum Federasi Badminton Dunia Thomas Lund.
Tindakan keempat pasang pemain tersebut menarik cemooh dari penonton di Wembley Arena, London. Mereka didiskualifikasi kemarin setelah pertemuan selama lima jam.
***
Pada Upacara Pembukaan Olimpiade 27 Juli lalu, atlet taekwondo Sarah Stevenson membaca sumpah atas nama teman-temannya. Ia berjanji untuk menghormati dan mematuhi aturan dari Olimpiade " Dalam Semangat Sejati Sportif".
Direktur Pemasaran Pusat Olahraga Warsawa Universitas Oregon mengatakan, Komite Olimpiade Internasional (IOC) selama ini memiliki peraturan keras yang sangat membela tradisi. Sebab Olimpiade merupakan
event miliaran dolar.
"IOC memandang Olimpiade sebagai bagian dari gerakan yang lebih besar. Gerakkan Olimpiade bercita-cita membawa bangsa bersama-sama, untuk mencerminkan nilai inti dari event tersebut.
Nilai tersebut yaitu sportivitas, kompetisi dan etika. Kasus ini menyerang pada ekuitas IOC yang bekerja sangat keras melindungi dan melestarikan
permainan," ujar Swangard.
Direktur Pusat Neuroethics Oxford Julian Savulescu mengatakan etika dan persaingan jangan selalu dicampurkan. "Sejak kapan strategi dapat memaksa olahraga. Jika ada masalah, maka aturan untuk pertandingan harus diubah. Ini adalah khas dari moralisme puritan yang menginfeksi olahraga," kata dia.
***
Tim sepak bola Jepang yang juga merupakan juara Piala Dunia Wanita. Menuai hasil imbang 0-0 melawan Afrika Selatan di Stadion Cardiff, Wales. Jepang memilih bermain dengan hasil seri daripada menang. Ini membuat Jepang tinggal di Wales untuk melawan Inggris atau Brazil.
Jepang menghindari untuk pergi ke Glasgow, Skotlandia untuk menghadapi Prancis atau Amerika Serikat. Sebab kedua tim tersebut mengalahkan Jepang pada kejuaraan dunia tahun lalu.
"Hari ini saya telah menggantikan beberapa pemain. Hal ini untuk memberikan kesempatan kepada ke 18 pemain untuk merasakan Olimpiade," ujar Norio Sasaki.