REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Atlet Belarus, Nadezeya Ostapchuk, Senin (13/8), menjadi atlet peraih medali pertama yang didiskualifikasi dari Olimpiade London karena doping. Medali emasnya pada nomor tolak peluru putri dicopot.
Komite Olimpiade Internasional (IOC) memberi konfirmasi bahwa atlet Selandia Baru, Valerie Adams, dihadiahi medali emas setelah pada sampel urine Ostapchuk ditemukan adanya zat terlarang, metenolone. Ostapchuk mengatakan dia akan mengajukan banding atas keputusan IOC tersebut.
"Tentu saja kami akan melawan keputusan ini tapi masih belum jelas benar apa dan terhadap siapa tepatnya kami akan melakukan protes," kata atlet berusia 31 tahun itu pada Radio Liberty. "Kami akan membuat keputusan setelah kami mendapat lebih banyak informasi," kata Ostapchuk.
Ostapchuk, juara dunia 2005, merebut medali emas secara mengejutkan dengan tolakan sejauh 21,36 meter. Catatan itu mengakhiri prestasi hampir dua tahun tidak terkalahkan atlet berusia 27 tahun Adams, yang meraih perunggu dengan tolakan sejauh 20,70 meter.
Atlet Rusia Yevgeniya Kolodko kini perolehan medalinya dinaikkan menjadi perak dan atlet China Lijiao Gong mendapat perunggu. Sebelumnya dalam sebuah pernyataan IOC mengatakan," atlet tersebut pertama kali diminta menyerahkan sampel urine untuk kontrol doping pada 5 Agustus."
"Dia berkompetisi pada hari berikutnya pada nomor tolak peluru putri, di mana dia menempati posisi pertama, dan diminta untuk memberikan sampel langsung setelah kompetisinya."
Kedua sampel tersebut, menurut IOC, diindikasikan terdapat metenolone, yang digolongkan sebagai zat anabolic yang masuk daftar yang dilarang pada 2012. Ostapchuk berkompetisi pada Olimpiade ketiga dia di London. Dia berada di posisi keempat di Athena pada 2004 dan meraih perunggu di Beijing empat tahun lalu.