Ahad 30 Nov 2014 00:01 WIB

Sean Menggapai Mimpi tanpa Melupakan Jati Diri

Pembalap Sean Gelael turun di Sirkuit Silverstone dalam serie Formula 3 Eropa.
Foto: Seangp
Pembalap Sean Gelael turun di Sirkuit Silverstone dalam serie Formula 3 Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra/Wartawan Republika

Cabang olahraga (cabor) balap mobil tidak lah terlalu menyita perhatian masyarakat maupun pemerintah. Tidak heran, sangat sedikit atlet yang muncul dari cabor ini. Kalau pun ada, sangat sedikit yang mendapat sorotan sebagaimana yang didapatkan, misalnya, pesepak bola maupun pebulu tangkis.

Itu lantaran seorang pembalap jarang yang bisa mengukir prestasi mentereng. Masalah lainnya adalah konsistensi pembalap juga menjadi tantangan tersendiri. Mudah dijumpai, ada pembalap yang digadang-gadang menjadi atlet andalan masa depan bangsa, nyatanya namanya cepat meredup di bidang otomotif.

Ketidakdisiplinan dalam menjaga performa yang berimbas pada minimnya prestasi hingga sulitnya mendapat pendanaan adalah segelintir alasan yang membuat mereka tenggelam lantaran tidak mampu tampil kompetitif di tengah persaingan di lintasan.

Karena itu, ketika muncul pembalap yang sanggup mengharumkan Indonesia di mata dunia, hal itu bagaikan oase di tengah gurun pasir. Tidak berlebihan kalau nama Muhamad Sean Ricardo Gelael termasuk di antaranya.

Usianya baru 18 tahun pada awal November ini, namun sederet prestasi telah diukirnya. Sean lahir dari pasangan Ricardo Gelael dan Rini S Bono. Bakat dan kecintaan dunia balap sepertinya diturunkan dari ayahnya, yang merupakan pereli senior.

Sejak usia delapan tahun, pembalap jangkung ini mulai bersentuhan dengan dunia otomotif. Dia menjadi navigator ayahnya saat mengikuti kejurnas Reli Sprint. Atas keikutsertaannya dalam perlombaan, Museum Rekor Indonesia (Muri) pun menganugerahinya sebagai navigator termuda saat berusia 10 tahun 44 hari.

Pada 2009, Sean langsung menjajal lomba gokart kelas Rotax Max Junior. Dua tahun kemudian, ia semakin matang dengan terjun di kompetisi gokart internasional. Setelah itu, ia merintis jalan untuk naik kelas dengan mencoba masuk ke level dunia.

Tidak mengherankan, meski masih muda, Sean sudah menjalani musim kedua bersama tim Jagonya Ayam with Carlin di ajang FIA Formula 3 Eropa. Bagi seorang pembalap, Formula 3 Eropa adalah salah satu kompetisi seleksi untuk menuju panggung Formula 1.

Pada musim kedua ini, potensi Sean semakin terasah. Sebagai tolok ukurnya, balapan di Benua Biru ini dimulai 19 April dan berakhir pada 19 Oktober 2014. Sebanyak 30 pembalap dari 17 negara terdaftar sebagai peserta, dan Sean mewakili pembalap dari negara di Asia Pasifik.

Pun pada musim ini, balapan di Hockenheim ditutup dengan performa terbaiknya. Itu ditandai dengan catatan waktu satu putaran tercepat kelima, lebih cepat dari Max Verstapen, yang bakal tampil di Formula 1 membela tim Toro Rosso pada musim depan.

Secara keseluruhan, Sean menempati urutan ke-18 dari 26 pembalap yang mendapatkan angka. Dari 33 kali balapan dalam 11 seri, ia sanggup koleksi 25 poin. Sean memang berada di belakang dua pembalap pengguna mesin Volkswagen, yaitu Tom Blomqvist dan Antonio Giovinazzi.

Blomqvist menyegel posisi runner up dengan koleksi 420 poin, dan Giovinazzi yang duduk di urutan keenam dengan 238 poin. Memang secara keseluruhan Sean belum bisa, katakan lah juara atau masuk tiga besar klasemen akhir pembalap. Tetapi, hal itu bukan sebuah hal yang perlu dirisaukan. 

Menembus Formula 1

Sean adalah tipe pembalap yang selalu menanamkan dirinya sendiri aga tidak gampang menyerah. Dia selalu mengusahakan untuk bisa sukses dalam setiap balapan. Dia menyadari, bersaing dengan pembalap dari seluruh dunia membutuhkan daya juang luar biasa.

Apalagi, ia memiliki prinsip, “Jangan diam dan menunggu kesempatan datang, waktu terlalu terbuang untuk menunggu, kejar dan jangan biarkan waktu terbuang meski satu detik!” Sean optimistis, kesempatan untuk menjadi yang terbaik pasti akan datang kepadanya.

Kendala dan masalah yang dihadapai selama perlombaan satu musim sebaiknya dijadikan bahan evaluasi, mengingat statusnya sebagai salah satu pembalap termuda. Biarkan pengagum pereli Sebastian Loeb ini menjalani kompetisi untuk mematangkan mentalnya sembari mengukur potensi saingannya.

Kendati begitu, mimpi yang terus dijaganya menjadi motivasi ekstra baginya untuk dapat selalu menunjukkan penampilan terbaik. “Berani menerima tantangan meski sangat berat, tidak ada yang bisa menggantikan sebuah pengalaman!” ujarnya.

Sean tentu wajib berjuang keras untuk dapat menembus Formula 1. Bukan apa-apa, mengingat hanya pembalap yang benar-benar terpilih saja, yang bisa mengemudikan jet darat itu. Ingat, pabrikan yang turun di Formula 1 hanya diikuti 11 tim yang menyediakan 22 kursi pembalap.

Sean sepertinya tengah mencoba menyentak alam bawah sadar masyarakat Indonesia. Pasalnya, hingga kini belum ada satu pun pembalap Tanah Air yang mampu menembus ajang balapan paling bergengsi sejagad tersebut. Sehingga, tiada toleransi baginya untuk tidak menunjukkan kemampuan terbaiknya setiap turun di lintasan.

Karena sudah malang melintang di dunia balap, Sean mengusung misi secepatnya untuk bisa menembus Formula 1. “Untuk target, saya berharap bisa ke Formula 1 dalam tiga atau empat tahun ke depan,” katanya.

Berarti, Sean maksimal tahun 2018 wajib sudah wajib membela tim peserta Formula 1. Karena kalau meleset, dengan usia memasuki 21 tahun, akan semakin berat dalam bersaing. Dikarenakan, setiap tahunnya muncul bibit-bibit baru pembalap muda yang potensial. Karena itu, tak bisa tidak bagi Sean mesti memanfaatkan setiap momentum untuk menggapai mimpinya.

Menjadi diri sendiri

Positifnya, Sean tidak lupa diri ketika sedang mengejar ambisi pribadi. Selain memang ingin mewujudkan mimpinya, ia juga mencoba menjadi inspirasi bagi anak muda Indonesia yang saat ini tengah memperjuangkan hidupnya.

Karena itu, ia berusaha mempertaruhkan reputasi dengan mengharumkan nama bangsa di ajang internasional. Satu hal yang membanggakan, adalah keputusan Sean yang berusaha menjaga jati dirinya sebagai wakil Indonesia.

Tentu saja, meski setiap hari bergaul dengan teknisi, pembalap, hingga penonton bule, tidak ada perubahan dalam karakter pribadinya. “Sebagai orang Indonesia harus kerja keras dan konsisten. Indonesia bangsa pemenang!” katanya.

Sean pun tidak hanya memikirkan hal teknis saja selama membalap. Dia juga percaya dengan kekuatan doa. Tidak lupa, ketika kalender balapan memasuki bulan puasa, ia berusaha sekuat tenaga untuk bisa menjalani puasa Ramadhan.

Hal itu dilakukannya sebagai bentuk pengamalannya terhadap agama yang dianutnya. “Saya adalah orang Indonesia, itu yang membuat saya ingin berprestasi dan memberikan semua kemampuan saya.”

Dia percaya kekuatan doa akan berdampak baik ketika situasi tidak menguntungkan maka Tuhan pasti membantunya. Sejak kecil, ia mendapat didikan untuk tidak melupakan doa ketika mulai beraktivitas demi menghindarkan mara bahaya.

Sehingga, demi kelancaran menjelang balapan, ia juga merasa butuh dukungan dan doa dari masyarakat Indonesia, khususnya ribuan pengikut di jejaring media sosial, baik Facebook maupun Twitter miliknya. “Saya sangat bersyukur bila satu saja dari ribuan jumlah itu mendoakan dan mendukung saya. Apalagi semua ikut mendoakan,” ujarnya.

Satu hal yang membuatnya sangat optimistis dalam menatap masa depan adalah Sean selalu diberkahi doa ibunya setiap turun di perlombaan. Dia percaya restu dari kedua orang tua bisa menjadi jalan kesuksesan baginya. Dia pun berjanji kepada kedua orang tuanya untuk terus menorehkan prestasi. “Mama dan papa, suatu hari, saya akan membuat kalian bangga. Saya berjanji.”

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement