REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- ''Kamu bergabung dengan legenda-legenda besar F1,'' bunyi sambungan radio dari tim Red Bull Racing kepada Sebastian Vettel. Pembalap asal Jerman itu pun membalas, ''Luar biasa, hampir tak bisa dipercaya. Kita berhasil, Yes.''.
Itulah rekaman pembicaraan antara tim Red Bull Racing dengan pembalap berusia 26 tahun itu saat Vettel melintasi garis finish dan tampil sebagai yang terdepan di GP India pada Ahad (27/10) waktu setempat.
Dengan kemenangan di seri ke-16 musim ini, Vettel kembali menorehkan sejarah. Setelah mencatatkan diri sebagai pembalap termuda yang pernah menjuarai gelaran F1, Vettel sukses meraih gelar juara dunia F1 selama empat kali berturut-turut.
Vettel pun menyamai torehan Alain Prost dan Juan Manuel Fangio. Tapi, yang terpenting raihan Vettel ini kian membuatnya dekat dengan catatan sejarah salah satu legenda balap F1 asal Jerman, Michael Schumacher, yang telah lima kali menjadi juara dunia F1.
Tampil Dominan
Membutuhkan torehan poin maksimal demi bisa menjauh dari kejaran Pembalap Ferrari, Fernando Alonso, di papan klasemen sementara pembalap, torehan sejarah seolah berpihak pada Vettel.
Juara bertahan F1 itu mampu tampil dominan jika berlaga di GP India. Maklum, sejak GP India disertakan di agenda F1 pada 2011, Vettel selalu mampu menjadi yang tercepat di sirkuit sepanjang 5.125 km tersebut.
Pun pada musim ini. Vettel tampil dominan sejak fase kualifikasi. Begitu juga di sesi balapan.
Perpaduan taktik pergantian ban dan kemampuan Vettel menjadi kunci kemenangan Vettel di GP India. Salah satunya saat Vettel masuk ke pit stop pada lap ketiga dan mengganti bannya dengan ban jenis medium.
Namun strategi ini berjalan dengan baik. Selepas lap ketiga, Vettel terus memperbaiki posisinya. Vettel pun kembali masuk ke pit stop pada lap ke-33 disusul rekan setimnya, Mark Webber.
Dominasi Vettel terus berlanjut. Bahkan pada dua lap terakhir, Vettel mampu unggul dua detik dari tempat kedua, pembalap Mercedes, Nico Rosberg.
Akhirnya, dengan catatan waktu 1 jam 31 menit 12 detik, Vettel mengunci kemenangan keenamnya secara berturut-turut di musim ini sekaligus mengantarkan dirinya ke tangga juara. Sementara Rosberg finis di tempat kedua dan pembalap Lotus-Renault, Romain Grosjaen, finish di posisi ketiga.
Kritikan Tajam
Dengan tambahan 25 poin, torehan angka Vettel sudah tidak mampu dikejar oleh pesaing-pesaingnya. Dengan masih menyisakan tiga seri lagi, Vettel sudah mampu mengumpulkan 322 poin.
Vettel pun meninggalkan torehan pembalap Ferarri, Fernando Alonso, yang justru tampil buruk di GP India dengan finish di posisi ke-11 dan akhirnya hanya mengemas 207 poin di klasemen sementara pembalap.
''Bagaiman perasaan saya? Ini adalah salah satu hari terbaik dalam hidup saya. Musim ini tidaklah mudah, sempat ada keraguan dari publik, tapi akhirnya saya menjawabnya di trek,'' kata Vettel dalam sesi konferensi pers usai balapan, seperti dikutip Crash, Ahad (27/10).
''Tim telah berkerja dengan baik, mobil ini sangat fenomenal, saya tidak bisa meminta lebih lagi,'' katanya.
Dari 16 seri yang telah digelar pada musim ini, Vettel berhasil tampil 10 kali di podium teratas. Namun, kabar miring soal kemampuan Vettel pun terus mengemuka. Kritik paling tajam menyebutkan Vettel bukanlah pembalap terbaik dan masih belum layak menjadi juara.
Kesuksesan pembalap yang memulai karier di F1 bersama tim BMW Sauber itu lebih disebabkan teknologi mobil Red Bull yang lebih baik dibanding tim-tim lain. Lagi-lagi, insinyur Red Bull, Adrian Newey, justru dianggap sosok kunci kesuksesan Vettel tersebut.
Selain itu, Vettel juga dianggap belum bisa melepaskan diri dari bayang-bayang Michael Schumacher.
Maklum, sama-sama berasal dari Jerman, Vettel terus dibanding-bandingkan dengan dominasi Schumacher di dunia balap F1 pada era 90an. Bahkan, ada yang meragukan Vettel dapat menyamai kemampuan mantan pembalap Ferrari tersebut.
Namun, anggapan ini ditolak oleh salah satu pengamat F1 asal Inggris, Martin Brundle. Menurut awak Sky Sports itu, generasi yang berbeda tentu menghadirkan tantangan yang berbeda.
''Saya kira Sebastian merasakan sedikit efek dari kejayaan Schumacher. Tapi, mobil Ferrari Schumacher lebih mendominasi dibanding Red Bull pada saat ini. Dan, rekan setimnya lebih dikontrol oleh tim ketimbang dengan yang didapatkan Vettel saat ini,'' kata Brundle seperti dikutip the Guardian.
Sanjungan Rekan
Sanjungan serupa bahkan diungkapkan oleh rekan setimnya di Red Bull, Mark Webber. Pembalap asal Australia yang juga kerap bersitegang dengan Vettel soal team order ini juga mengakui keperkasaan Vettel.
''Dia telah melakukan pekerjaan yang luar biasa. Dia benar-benar pembalap yang konsisten. Dia bisa menggunakan ban pirelli dan memaskimalkannya. Dia bisa menang di balapan yang mungkin sulit buat dirinya untuk bisa menang,'' kata Webber.
Senada dengan Webber, Fernando Alonso juga mengungkapkan pujiannya terhadap Vettel. ''Tahun ini Sebastian akan selalu selangkah ke depan, karena dia pembalap yang bagus dalam pekerjaannya,'' kata pembalap asal Spanyol itu.
Melihat usianya yang baru 26 tahun, bukan tidak mungkin Vettel bisa melampui torehan Schumacher dengan menang lima kali juara dunia F1 berturut-turut dan bisa mengemas 13 kemenangan di satu musim F1.
''Saya akan sangat bahagia buat Sebastian jika dia bisa memecahkan rekor saya, karena dia adalah pemain dan itu seperti menerima keluarga baru,'' tutur Schumacher.