REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Usai pensiun dari dunia balap Formula One (F1), Nico Rosberg kini menjadi duta Mercedes. Setelah sudah tak lagi menjadi saingan Lewis Hamilton, Rosberg bocorkan cara dirinya mengalahkan rekan setimnya itu untuk menjadi juara F1 musim lalu.
Rosberg mengakui banyak persaingan ketat yang harus ia hadapi bersama Hamilton selama menjadi rekan setim di Mercedes hingga dia tahu betul bagaimana karakter rivalnya itu. “Kemarahan lebih besar jika orang yang anda kenal dengan baik melakukan sesuatu yang melewati batas,” kata Rosberg kepada Daily Star.
Berkat keahliannya dalam meguasai mobilnya, lanjut Rosberg, Lewis sangat baik dalam balapan saat keadaan apapun. Menurutnya, Lewis merupakan rival sangat pintar dan cerdas selama menjadi saingan terdekat pada musim lalu.
Hanya saja, dengan menegtahui beragam kelebihan Hamilton justru berhasil membuat Rosberg menemukan cara bagaimana mengalahkan saingannya itu. “Saya jadi harus lebih agresif karena terlalu sering dia berada di atas ku pada balapan sebelumnya,” ungkap Rosberg.
Pada akhirnya, Rosberg belajar banyak lewat video rekaman saat Hamilton melaju di lintas balap. Dia melakukan itu untuk melakukan banyak evaluasi dan perbaikan terhadap kualitasnya untuk mengalahkan Hamilton.
Menuurtnya, cara tersebut lebih rasional untuk mengalahkan Hamilton ketimbang harus berusaha lebih cepat tanpa persiapan yang matang. Dia bahkan menilai Hamilton akan terus mencari cara untuk merebut gelar juara pada musim 2017.
Dia mengungkapkan salah satu kunci untuk mengalahkan Hamilton pad amusim lalu dengan kekuatan mental. Dengan begitu, Rosberg lebih mudah untuk fokus dan mengambil begitu banyak kesempatan dari Hamilton.
Tak hanya soal teknis balapan, Rosberg bahkan mencari cara lain agar bisa memaksimalkan upayanya mengalahkan Hamilton. “Saya membaca buku-buku tentang filsafat. Anda tahu jika Anda bangun pagi ini dan merasa buruk, beberapa orang jenius pada dua ribu tahun lalu pernah mengalami hal yang sama dan menulis tentang hal itu,” kata Rosberg.
Rosberg mengakui, lewat buku filsafat yang ia baca bisa mengetahui dan belajar mengapa seseorang bisa marah dan merasa stres. Lalu jika bisa memahaminya, Rosberg merasa mudah untuk mengatasi dan menghadapinya termasuk untuk berhadapan dengan Hamilton.