REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Direktur Ekskutif Honda untuk Formula Satu (F1), Yusuke Hasegawa mengakui pabrikan asal Jepang itu mengira membangun mesin F1 adalah perkara mudah. Hasegawa mengatakan, saat McLaren MCL32 diluncurkan, mesin baru Honda bisa bersangi dengan mesin Mercedes 2016 pada awal musim ini. Tapi ternyata, mesin itu menjadi bencana bagi tim karena lemahnya performa dan realibitas.
Para pembalap McLaren kesulitan saat uji coba pramusim tapi tidak mengalami masalah di Grand Prix (GP) Australia. Hasegawa mengakui performa mesin rendah dan Honda sudah meremehkan sulitnya mendapatkan tenaga lebih di mesin tanpa munculnya masalah baru. “Masalahnya ialah fakta bahwa kami kira teknologi ini terlalu mudah dan ternyata ini teknologi yang terlalu sulit untuk di raih ini kesalahan saya," kata Hasegawa seperti dilansir dari Autosport, Rabu (5/4).
Pada 2017 Honda membangun mesin 10 kilogram lebih ringan dan satu sentimenter lebih rendah. Honda juga mengembangkan teknologi pembakaran baru untuk efesien tenaga. "Kami mengalami kemajuan di ujicoba mono-silinder tapi ketika mesin V6 komplet justru kami mendapatkan banyak masalah," kata Hasegawa.
Hasegawa mengatakan, silinder tunggal sempat berada di level yang sangat bagus. Namun, ketika diaplikasikan ke mesin V6 hasil justru kurang baik. "Kami kecewa. Kami cukup telat menyadarinya – saat Natal," tambahnya.
Ia mengatakan, setelah berhasil memahami masalah mesin ia harus mengonfirmasi spesifikasi final mana yang harus diubah. Selain realibilitas mesin Honda juga menghadapai masalah pada stabilitas. Ketika mesin dipasang ke mobil MCL32 mesin mengalami masalah pada getaran.
"Satu hal yang bisa saya katakan, dyno kami tidak bermasalah. Ketika kami memiliki girboks, driveshaft, dan ban, baru masalah itu muncul. Bukan berarti saya menyalahkan sasis, tapi kita juga harus mengerti perbedaan situasi saat tes dyno," katanya.